Jum`at, 12 Desember 2025
Beranda / Sosok Kita / Kombes Dedy Tabrani: Sang Doktor Penakluk Teror yang Kini Memimpin BNN Aceh

Kombes Dedy Tabrani: Sang Doktor Penakluk Teror yang Kini Memimpin BNN Aceh

Jum`at, 12 Desember 2025 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Kombes Pol. Dr. Dedy Tabrani, S.I.K., M.Si. resmi dilantik sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Aceh pada Jumat (12/12/2025). [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Soki - Kombes Pol. Dr. Dedy Tabrani, S.I.K., M.Si. resmi dilantik sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Aceh pada Jumat (12/12/2025). 

Pelantikan tersebut menandai dimulainya masa tugas baru Dedy di provinsi yang sedang menghadapi tantangan serius dalam pemberantasan peredaran narkotika. Menurut informasi internal, pelantikan ini dilaksanakan berdasarkan Surat Telegram bernomor ST/28/XII/SU/KP.04/2025/BNN yang ditandatangani atas nama Kepala BNN melalui Sestama Tantan Sulistyana, S.H., S.I.K., M.M.

Sebelum menempati jabatan di Aceh, Dedy Tabrani menjabat sebagai Kepala BNN Provinsi Kalimantan Tengah, posisi yang terakhir diembannya sebelum digeser dalam mutasi struktural BNN. Selama bertugas di Kalteng, dia menyatakan komitmen untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dan menghadirkan pendekatan kerja yang adaptif dalam menanggulangi masalah narkoba.

Dedy merupakan perwira yang menempuh karier operasional dan staf di berbagai satuan kepolisian sebelum mengabdi di lingkungan BNN. Rekam jejaknya memperlihatkan kombinasi pengalaman lapangan dan kepakaran akademik yang langka di kalangan pejabat kepolisian dan lembaga penegak hukum.

Salah satu fragmen penting dalam riwayat profesi Dedy adalah keterlibatannya dalam insiden teror di kawasan Thamrin, Jakarta, pada Januari 2016. Saat itu, Dedy yang saat itu berpangkat AKBP dan menjabat sebagai Kapolsek Menteng tercatat menembak mati seorang pelaku setelah baku tembak di kawasan sekitar lokasi ledakan di sebuah kedai kopi.

Tindakan itu kemudian mendapatkan penghargaan dari institusi Polri; sekitar dua pekan pascainsiden, pada 26 Januari 2016, Jenderal Badrodin Haiti (Kapolri saat itu) menyerahkan penghargaan berupa pin emas kepada Dedy dan sejumlah anggota lain yang berjasa dalam pengamanan. Peristiwa itu ikut membentuk reputasi Dedy sebagai perwira yang berpengalaman dalam penanganan terorisme dan situasi darurat.

Di luar tugas operasional, Dedy menonjol sebagai akademisi praktisi. Ia meraih gelar doktor Ilmu Kepolisian pada tahun 2020 dengan predikat summa cum laude (nilai 98,66), menyelesaikan studi hanya dalam waktu dua tahun empat bulan catatan yang menarik karena kecepatan dan kualitas hasil studinya.

Disertasi ataupun karya ilmiahnya berfokus pada kajian terorisme keluarga, dengan penelitian mendalam terkait serangan bom bunuh diri sekeluarga di Surabaya 2018. Temuan dan kajian akademiknya kemudian dibukukan dan dipublikasikan, mengokohkan posisi Dedy sebagai salah satu pemikir dalam kajian kontra-terorisme di tanah air.

Lebih jauh, Dedy tercatat aktif dalam komunitas doktor kepolisian: ia pernah/aktif sebagai Ketua Perkumpulan Doktor Ilmu Kepolisian Indonesia (DIKPI), sebuah wadah bagi para doktor dari disiplin kepolisian untuk berkolaborasi, menyuarakan rekomendasi kebijakan, dan memperkaya wacana akademik terkait penegakan hukum dan keamanan. Keterlibatannya di organisasi ini memperlihatkan komitmen Dedy pada penguatan integrasi antara praktik penegakan hukum dan kajian ilmiah.

Dedy menulis dan mempublikasikan karya yang berfokus pada radikalisme, terorisme keluarga, serta strategi pencegahan dan deradikalisasi. Dalam sejumlah kesempatan publik dan diskusi akademik, ia menekankan perlunya pendekatan interdisipliner termasuk upaya preventif, edukasi keluarga, dan program deradikalisasi yang manusiawi untuk menekan potensi penyebaran ide kekerasan. Sikap tersebut konsisten dengan latar belakang penelitiannya yang mengaitkan faktor keluarga, jaringan sosial, dan peran tokoh lokal dalam fenomena kekerasan terorganisir.

Dengan berlatar pengalaman lapangan dan rekam jejak akademik, publik dan pemangku kepentingan di Aceh menaruh harapan agar kepemimpinan Kombes Dedy Tabrani dapat menghadirkan strategi pemberantasan narkotika yang lebih terukur dari perpaduan penegakan hukum, rehabilitasi, pencegahan berbasis komunitas, dan kerja sama lintas sektor menjadi kunci. Di provinsi yang memiliki karakteristik geografis dan sosial tersendiri, pendekatan adaptif seperti yang pernah diutarakan Dedy saat memimpin BNN Kalteng dinilai relevan untuk dikembangkan.

Di tengah dinamika Aceh yang masih dililit ancaman narkotika, kehadiran Kombes Pol. Dr. Dedy Tabrani membawa secercah harapan baru. Rekam jejak panjangnya dari menembus kepungan teror di Thamrin hingga merumuskan teori deradikalisasi di ruang akademik menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar seorang perwira, melainkan sosok yang memahami betul makna pengabdian.

Kini, ketika tanggung jawab baru berada di pundaknya, Dedy datang dengan tekad yang sama seperti hari-hari ketika ia berdiri di garis depan: melindungi masyarakat, menjaga masa depan generasi muda, dan memastikan Aceh tidak tunduk pada jaringan gelap peredaran narkoba.

Perjalanan panjang itu membentuk satu pesan sederhana namun dalam: bahwa keamanan bukan hanya persoalan senjata dan hukum, tetapi juga tentang hati yang teguh, pikiran yang jernih, dan keberanian untuk selalu berdiri di sisi kebenaran. Dan di antara semua tantangan yang sedang menanti, Aceh kini memiliki seorang pemimpin yang membawa ketiganya. [ra]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI