Mengenal Sosok Herman Fithra
Font: Ukuran: - +
PADA pemilihan tahap pertama di akhir Juli lalu, Dr. Herman Fithria berhasil unggul dari tujuh calon lainnya yang juga bertitel "doktor". Herman berhasil meraih 27 suara. Di urutan kedua ada sosok yang juga cukup dikenal di lingkungan Unimal, Dr. Iskandar Zulkarnaen, dengan 6 suara. Di posisi ketiga ada Dr. Wesli dengan 1 suara. Kandidat yang lain tidak mendapatkan suara.
Artinya, Herman adalah sosok yang cukup potensial di pemilihan "tiga besar" nantinya, yang akan digelar pada 13 Agustus 2018. Mengingat Herman unggul telak dari dua nama tadi, besar kemungkinan ia akan unggul kembali di pemilihan penentuan nantinya.
Sekalipun nantinya seluruh suara yang tidak memilih Herman di pemilihan pertama dialihkan ke satu orang lawannya, misalnya yang mendapat suara terbanyak kedua, potensi Herman untuk memenangi Pemilihan Rektor Unimal periode 2018-2023 tetap akan cukup besar. Meskipun suara yang diperolehnya statis, tidak bertambah tidak berkurang.
Artinya, cukup sulit bagi dua lawannya untuk meraih kemenangan, bahkan untuk kalah dengan suara tipis sekalipun. Bisa dikatakan, kursi Rektor Unimal saat ini sudah di hadapan Herman. Tinggal ia duduki usai dilantik nanti. Dengan sekadar menjaga 27 suara yang telah diperolehnya saja ia sudah dalam posisi aman.
Lalu, siapakah Herman Fithria?
Apakah dia cuma sosok yang potensial saja, tidak punya kapasitas?
Kalau Unimal membutuhkan sosok pemimpin (rektor) yang sudah lama berkiprah di dalamnya sehingga sudah paham betul sejarah pendirian serta seluk beluk permasalahan yang terjadi di internal, sosok Herman Fithra sangat memenuhi tuntutan tersebut.
Dengan demikian, modal Herman untuk membuat Unimal semakin maju sudah ada. Pasalnya, tidak mungkin seseorang bisa menciptakan kemajuan atau kebaruan kalau tidak mengerti secara mendalam permasalahan apa yang sedang dialami oleh instansi tersebut. Herman memahami betul dinamika yang ada di Unimal.
Herman memang bukan alumnus Unimal. Ia meraih gelar D-III di Jurusan Teknik Politeknik Universitas Syiah Kuala pada 1993. Studi kemudian dilanjutkan ke S1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, lulus pada 1998. Hingga yang terakhir, Herman mendapat gelar "doktor" di bidang Perencanaan Wilayah di USU pada 2018.
Meski bukan alumnus Unimal, Herman Fithra bukanlah orang baru di kampus ini. Herman bukan orang baru yang tiba-tiba hadir di Unimal ketika diselenggarakan pemilihan rektor. Jauh-jauh hari, sejak tahun 2003, Herman telah mengambil posisi dalam agenda pemajuan kampus. Ia memulainya dengan menjadi staf perencanaan Unimal.
Sebelum menjabat posisi ini, ia sudah banyak pengalaman di luar kampus. Mulai dari menjadi staf perencanaan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Utara pada 1993-1994, hingga pada 2002-2003 menjadi Direktur Operasional PT. Ira Widya Utama & Group. Artinya, Herman bukan cuma seorang akademisi. Dia juga seorang teknokrat. Karena kiprahnya di luar kampus bukan cuma dua itu saja dan sampai kini ia masih melakukannya, jelaslah Herman adalah seorang teknokrat yang sudah banyak makan garam.
Tiga tahun setelah meraih gelar Magister Sistem dan Teknik Transportasi di Pascasarjana UGM pada 2005, Herman diangkat menjadi Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Unimal. Posisi ini ia jabat sejak 2008 hingga 2010. Setelahnya, karier Herman mulai menanjak. Dari seorang sekjur, ia kemudian mendapat posisi yang lebih prestisius: Kepala Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Unimal.
Dimulai tahun 2012, Herman mulai mendapat posisi di level fakultas. Mulanya ia menjadi anggota senat Fakultas Teknik Unimal. Di tahun 2016, sosok yang lahir di Lhokseumawe pada 7 November 1972 ini terpilih sebagai Dekan Fakultas Teknik Unimal.
Selain karier yang terus menanjak, juga di samping mengajar di beberapa mata kuliah, ayah satu anak ini aktif menulis sejumlah jurnal dan buku tentang teknik sipil.
Artinya secara kualifikasi, Herman adalah akademisi yang cukup mumpuni memimpin Unimal selama lima tahun ke depan. Herman tahu caranya membangun Unimal menjadi lebih baik.