Mengenang Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud Sosok Bersahaja yang Kaya Ilmu
Font: Ukuran: - +
Aceh kembali kehilangan putra terbaiknya. Mantan Gubernur Aceh, Syamsuddih Mahmud sudah menyelesaikan tugasnya di muka bumi. Kembali ke Ilahi saat negeri sedang dilanda prahara Corona. 22 Mei 2021 adalah hari duka bagi Aceh.
Almarhum juga menambah daftar manusia di bumi Aceh yang kembali ke sang maha segalanya dengan menggunakan Prokes Covid-19. Sosok dosen (guru), ahli moneter sampai dipercayakan menjabat Gubernur Aceh memiliki kesempatan hidup di muka bumi mencapai 87 tahun.
Sekilas inilah sosok lelaki ayah empat anak ini. Prof. Dr. H. Syamsudin Mahmud, M.Si lahir di Buket Rumiya, Idi Tunong, Aceh Timur, 24 April 1934,. Selain dikenal sebagai ilmuwan di USK, dia menjabat Gubernur Aceh periode 1993 - 2000. Ia diangkat sebagai Gubernur Aceh menggantikan Ibrahim Hassan.
Sebagai guru, Syamsuddin Mahmud mulai mengajar di SMA LPPU dan Syam mengajar di SMA Pembangunan Jakarta Barat pada tahun 1962 dilanjutkan mengajar di SMA Pepsi di Jalan Merdeka Timur kemudian SMA Gajah Mada di Jalan Hos Cokroaminoto Menteng.
Di sekolah swasta ini almarhum mengajar mulai sore hari hingga malam. Seorang sosok guru yang tak kenal lelah dalam membagikan ilmunya kepada generasi penerus. Melanglang buana di perantuan.
Ahirnya Pak Syam, begitu nama panggilan almarhum sering disapa, kemudian kembali ke Aceh. Menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Kutaraja (kini FE Unibersita Syiah Kuala).
Kemampuanya dalam ilmu ekonomi membuat karirnya menanjak. Sebagai asisten ahli ekonomi, Pak Syam adalah orang Aceh pertama yang berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Ekonomi dan Moneter dari Ghent University, Belgia, 1974.
Sebuah kebanggaan untuk negeri di ujung barat pulau Sumatera ini. Saat berada di negeri Belgia, sosok lelaki ayah Phauni Azhar Bahri ini menjabat sebagai President Indonesian Student Association (ISA) di Ghent Belgia.
Sejumlah jabatan dipercayakan kepadanya. Menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Unsyiah. Pembantu Rektor I Unsyiah, Direktur Lembaga Pelatihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Dipercayakan sebagai team Policy Research Kementerian Tenaga Kerja RI. Dipercayakan menjadi Ketua Bappeda Aceh, anggota penasihat Presiden BJ Habibie dan sampai menjabat Gubernur Aceh priode 1993-2000 menggantikan seniornya Prof Ibrahim Hasan.
Almarhum dikenal dengan sosok pekerja keras. Keahlianya dalam moneter sudah diakui. Berbagai pihak ketika Pak Syam kembali ke ilahi mengucapkan kalimat, Aceh telah kehilangan sosok ahli moneter yang mempuni.
Almarhum memilih Mariana sebagai pasangan hidupnya. Dari pasangan ini lahir empat keturunan lelaki tangguh dan tak mudah menyerah ini, Phauni Azhar Bahri, Susi, Yanna dan Riva.
Tanda saya yang pernah disematkan di dada almarhum juga cukup banyak. Mulai dari tanda jasa Kehormatan Satya Lencana Tingkat I, Medali tanda jasa kelas I. Penghargaan Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu. Tanda Kehormatan Bintang Swa Bhuana Paksa Nararya.
Tanda Jasa Kehormatan Lencana tiga tahun berturut-turut 1995, 1996, 1997. Tanda jasa Kehormatan Setia Mahkota dari tang dipertuan Agung Raja Perlis serta sejumlah tanda jasa lainya.
Sejumlah karya dan prestasi yang diukir kini menjadi catatan sejarah. Sebagai orang pertama dari Unsyiah yang meraih gelar doctor pertama dari Universitas Syiah Kuala, rakyat Aceh benar benar kehilangan pakar ekonomi.
Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng mengatakan, beliau merupakan sebagai guru kita bersama dan juga merupakan putra Aceh yang ahli moneter.
Mantan orang nomor satu di Aceh ini merupakan salah seorang yang banyak menyumbang literasi untuk Aceh, hal tersebut bisa dilihat dari banyak buku-buku yang ditulis langsung oleh almarhum. Semasa hidupnya telah banyak terobosan yang berkontribusi yang positif untuk Aceh.
“Berpulangya Pak Syam ke Ilahi, bukan hanya Universitas Syiahkuala saja yang berduka, tapi Aceh berduka karena telah kehilangan putra terbaik. Banyak hal yang telah diberikan untuk Provinsi Aceh,” tutur Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal.
Di relung hati terdalam mantan Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) Prof. Dr. Apridar, yang merupakan murid almarhum, baginya almarhum merupakan tokoh yang sepanjang hidupnya berpikir untuk kemajuan Aceh, khususnya dibidang Pendidikan.
"Ditangan Prof Syamsuddin Mahmud lahir sekolah SMA Modal Bangsa dan sekolah Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB). Kedua sekolah ini merupakan sekolah favorit di Aceh karena kedua berbasis asrama (boarding school) dan berbasis agama," ujar Prof. Afridar, yang saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen.
Prof Afridar menjelaskan, almarhum merupakan sosok yang low profile dan tidak suka untuk disanjung-sanjung. Almarhum merupakan sosok yang memiliki komitmen yang tinggi di bidang pendidikan.
Almarhum adalah salah satu tokoh Aceh yang memiliki jasa besar untuk Serambi Mekkah. Almarhum, selain sebagai bapak di kampus, juga kolega di luar kampus. Semangatnya membangun Aceh patut ditiru dan dilanjutkan.
Putra Aceh ini sudah menyelesaikan tugasnya sebagai hamba di muka bumi ini. Dia kembali ke Ilahi saat negeri ini sedang menghadapi prahara dalam gempuran Corona. Selamat jalan professor.
Semoga Allah memberikan ampunan atas segala kekurangannya, dan kelak menempatkan almarhum di taman surga. ( Bahtiar Gayo)