Penjaga Marwah UIN Ar Raniry
Font: Ukuran: - +
Prof. Dr. H. FARID WAJDI IBRAHIM, M.A Lahir di Aceh Besar, telah menempa Farid Wajdi menjadi tipikal orang Aceh yang cerdas, pemberani, serta islami. Ia pernah tampil di depan ketika konflik melanda Aceh, sebagai akademisi kala itu ia sangat berani bicara tentang keadilan dan penegakan hukum. Kini, dia dipercaya sebagai penjaga marwah UIN Ar-Raniry, kampus Islam terbesar di Aceh.
Universitas Islam Negeri Ar Raniry (UIN Ar-Raniry) Banda Aceh adalah tempat menempa sejumlah anak muda yang getol menyuarakan penegakan keadilan dan penghentian konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia.
Banyak buffer aksi mahasiswa yang lahir dari rahim lembaga pendidikan yang dulunya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar Raniry. Pemerintah Mahasiswa dan sejumlah BEM dan kelompok minat dan bakat di sana, telah banyak melahirkan tokoh-tokoh mahasiswa yang kala itu getol memperjuangkan keadilan bagi rakyat Aceh yang dihempas konflik. Era 1998 hingga 2004, kampus itu tidak sepi dari dialektika penegakan keadilan.
Sebagai kampus yang secara garis besar menempa mahasiswanya dengan nilai-nilai Islam, IAIN Ar Raniry kala itu tidak saja melahirkan para mahasiswa yang peduli terhadap Aceh, tapi juga turut melahirkan para akademisi yang ikut terlibat langsung dalam berbagai aksi kemanusiaan, termasuk demo-demo untuk meminta dunia internasional menaruh perhatian kepada Aceh yang sedang diamuk perang. Salah seorang di antara para akademisi itu adalah Farid Wajdi, yang kini menjadi Rektor UIN Ar Raniry Banda Aceh.
Farid adalah tipikal akademisi murni, yang berani bicara apa adanya. Teriakan-teriakannya kerap memantik marah pihak yang melakukan kesalahan kala itu. Tapi Farid bergeming dan, baginya memperjuangkan keadilan untuk Aceh, adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar oleh siapapun. Ia bahkan tidak takut peluru akan menghantam tubuhnya, walau Rektor IAIN Ar Raniry kala itu, Profesor Safwan Idris, ikut meninggal dunia ditembak oleh salah satu pihak yang bersengketa.
***
Farid Wajdi oleh banyak pihak kerap disebut sebagai intelektual organik, sebuah lakap yang tentunya tidak berlebihan, bila mengingat kiprah dan perilaku sang professor selama ini. Sebagai akademisi ia selalu mampu menempatkan diri sebagai ilmuwan, agamawan sekaligus kritikus yang cukup berkualitas.
Ketika ia terpilih sebagai Rektor IAIN Ar Raniry, kampus itu pun segera berubah menjadi UIN Ar-Raniry. Walau di awal pendirian banyak yang ragu bila kampus tersebut akan liberal, tapi Farid mampu meyakinkan semua pihak bahwa Ar-Raniry akan tetap seperti khittahnya selama ini, sebagai gerbang Islam bagi Nusantara. Perubahan status dari IAIN menjadi UIN justru untuk memperluas dakwah sekaligus memperlebar ilmu yang bisa didapatkan dari salah satu jantong hate rakyat Aceh tersebut.
***
Beberapa waktu ke depan UIN Ar –Raniry kembali akan menggelar pemilihan rector, sebagai perwujudan pelaksanaan demokrasi di kampus itu. Profesor Farid yang telah terbukti mampu memimpin universitas tersebut engan baik, didorong kembali maju, ia dinilai layak untuk kembali menjadi tampuk pimpinan kampus legendaris tersebut.
Menjadi Rektor UIN Ar Raniry, tentunya harus memenuhi kualifikasi yang tidak mudah. Pertama, harus memiliki kemampuan sebagai pemimpin sekaligus berkualifikasi intelektual. Kedua, harus memiliki kemampuan sebagai perangkul yang nyaman bagi siapa saja baik di internal kampus maupun dengan pihak luar. Ketiga, mampu mengelola manajemen universitas sehingga mampu mewujudkan UIN Ar Raniry sebagai centre of excellent yang berdayaguna bagi Aceh dan dunia Islam.
Prof. Dr. H Farid Wajdi, M.A., adalah sosok yang telah memenuhi criteria tersebut. Ia berpengalaman dalam organisasi yang berarti sudah terbiasa dengan dinamika serta memiliki wawasan akademisi yang sangat luas. Ia telah banyak menghasilkan karya ilmiah, menjadi narasumber di berbagai forum daerah, nasional dan internasional, menjadi rujukan keilmuan tentang Aceh dan Islam. Di tangannya, UIN Ar Raniry sukses menjadi kampus yang disegani sekaligus tetap kritis terhadap persoalan bangsa.
Ia juga pelobi yang ulung. Kesediaan Pemerintah Daerah Aceh Besar menghibahkan lahan seluas 1000 hektar untuk pembangunan kampus unit 2 merupakan hasil kemampuannya mengembangkan jaringan dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan.
Farid Wajdi mempelopori perubahan dari IAIN Ar-Raniry menjadi UIN Ar-Raniry dan dampak signifikan dari perubahan tersebut masih dirasakan sampai sekarang, baik oleh lembaga pendidikan tinggi ini sendiri, pemerintah maupun masyarakat.
Yang bersangkutan mendirikan lembaga Ma’had Al-Jamiah sebagai pusat pendidikan karakter, kajian ke-Islaman dan kecakapan berbahasa asing, terutama bahasa Arab dan bahasa Inggris. Lebih dari itu Farid Wajdi melakukan penguatan internal, meningkatkan ikatan kekeluargaan dan silahturahmi; memperhatikan dan merangkul alumni; dan mengembangkan berbagai kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat.
Farid Wajdi adalah pemimpin yang terlibat aktif dalam pembangunan di Pemerintahan Aceh hingga saat ini dan, karenanya, menempatkan UIN Ar-Raniry dalam posisi penting upaya memajukan negeri Serambi Mekah. Upayanya mempelopori perubahan IAIN menjadi UIN telah mendorong secara signifikan akselerasi pengembangan perguruan tinggi Islam di Aceh. Farid Wajdi juga menjalin dan membina hubungan kerja sama dan kemitraan dengan pemerintah, terutama Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Farid Wajdi dan UIN Ar-Raniry berperan penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia di kalangan generasi muda Aceh Besar.
Farid Wajdi juga memberikan dukungan penuh bagai Pemerintah Aceh Besar untuk menerapkan Syariat Islam secara kaffah. Yang bersangkutan menyediakan tenaga ahli dan konsultan yang diperlukan Pemerintah Daerah untuk mendampingi dan melaksanakan program Syariat Islam di Aceh Besar.
Pat ranup yang hana mirah, pat peuneurah yang hana bajo, pat urueng nyang hana salah, hana di awai teunte na bak dudo.
Farid adalah manusia biasa, yang telah melakukan hal-hal yang luar biasa. Ia dengan segenap keilmuan yang dimiliki, telah berbuat, bukan saja bagi UIN Ar Raniry, tapi juga bagi Aceh dan dunia Islam. Sebagai manusia tentu ia memiliki kekurangan, tapi dia telah membuktikan, sebagai manusia, dirinya telah melakukan hal-hal yang luar biasa. Farid pantas disebut penjaga marwah UIN Ar Raniry.[p]