Perjalanan Merintis Akmal Travel, Sempat Jatuh dan Kini Beromset Rp 50 Juta per Bulan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Sara Masroni
CEO Akmal Travel
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tidak ada yang instan. Begitulah prinsip yang coba ditanamkan Akmal Iman, Pendiri sekaligus CEO Akmal Travel dalam merintis jatuh bangun perusahaan miliknya hingga sebesar ini.
"Dua tahun pertama itu saya cuma bisa tahan badan (menghadapi masa-masa sulit)," kata Akmal saat diwawancara Dialeksis.com, Senin (16/12/2019).
Didirikan pada akhir 2016 lalu, Akmal belajar banyak soal perjuangan dan sikap pantang menyerah dalam merintis bisnisnya.
"Masa sulit yang paling saya ingat saat salah pesan tanggal tiket pesawat. Waktu itu kita rugi sampai Rp 80 juta dan saya belajar banyak soal ketelitian dari pengalaman itu," ucap Akmal dengan nada rendah.
Waktu itu, lanjutnya, Akmal Travel mendapat klien dari salah satu dinas untuk perjalanan ke luar negeri pada 2017 lalu. Keteledoran yang dilakukan CEO Akmal Travel ini adalah memesan tiket pulang di jadwal yang salah.
Usut punya usut, Akmal memesan tiket pulang di tanggal yang semestinya jadwal keberangkatan.
"Saya sangat panik waktu itu. Mana perusahaan baru dirintis, kemudian saya mau nikah dua bulan lagi dan harus terhutang sebesar itu," kenang Akmal saat menghadapi masa-masa peliknya dua tahun silam.
Tak cukup sampai di situ, Akmal juga banyak terhutang dan bangkrut karena keteledorannya dalam hal manajemen."Kalau dihitung-hitung, saya bangkrut hingga seratus juta lebih waktu itu," cerita Akmal saat ditanya berapa jumlah kerugiannya dalam merintis bisnis.
Dengan ketekunan, kerja keras dan pantang menyerah, Akmal pun berhasil melewati masa-masa sulit itu.
"Saya mendapat pinjaman dari teman, kolega dan semua orang yang melihat perjuangan saya waktu itu. Alhamdulillah hanya kurun delapan bulan saja, saya berhasil melunasi hutang-hutang saya," ungkapnya.
Saya ditanya berapa omsetnya kini, Akmal bercerita rata-rata mencapai Rp 50 juta per bulan. "Bahkan bisa lebih kalau di akhir tahun atau di waktu libur," tambahnya.
Menjadi salah satu travel yang bersertifikasi halal, Akmal Travel jadi pilihan para pelancong, baik wisatawan dalam maupun luar negeri.
"Label halal adalah sebuah jaminan bagi para wisatawan (terutama muslim) agar tidak ragu saat makan, menginap dan punya waktu yang terjadwal dalam hal ibadah," kata Akmal menjelaskan makna sertifikasi halal.
"Wisatawan (muslim) dari Malaysia atau Timur Tengah biasanya kritis sekali soal (halal) ini. Saat mereka dibawa makan, pasti langsung tanya apakah rumah makan atau resto tersebut memiliki sertifikasi halal atau tidak," kata Akmal.
Dengan adanya sertifikasi halal, pelancong muslim menjadi nyaman saat berwisata. Sebab menurut Akmal, label halal bukan sekadar makanannya saja, tetapi cara dan tempat memasaknya pun harus sesuai dengan nilai-nilai kehalalan.
"Banyak yang nyinyirin kenapa harus bersertifikasi halal, Aceh kan sudah syariat Islam dan mayoritas Islam. Jawabannya itu tadi, siapa yang bisa menjamin semua produknya dibuat dengan cara-cara yang halal?" cetus Akmal.
Kembali bercerita soal bisnis yang didirikannya, Akmal berpesan kepada anak-anak muda yang baru merintis usahanya agar tetap semangat dan jangan pernah menyerah. Sebab jatuh bangun dalam bisnis itu adalah syarat mutlak menuju sebuah puncak kesuksesan.
"Semua kisah orang-orang sukses dulu, pasti diawali dengan jatuh bangun. Jangan takut dan tetap optimis dengan apa yang kita ingin capai, itu saja," ungkapnya.
Akmal berujar, dua tahun pertama dalam merintis bisnis adalah masa di mana membangun sistem. Jangan takut melakukan kesalahan pada masa itu dan biasanya pengusaha pemula sangat merasakan getirnya pada masa tersebut.
"Banyak orang yang pindah ke usaha lain karena merasa tidak ada peluang sukses di usaha awal yang dirintisnya. Padahal, untuk membangun sistem saja, kita butuh dua tahun lamanya," jelas Akmal.
"Intinya tekun dan sabar saja dulu, buahnya nanti bakal dipetik setelah melewati tahap demi tahap. Tapi kalau pindah lagi ke usaha lain, nanti kita bakal ulang lagi dari awal juga," tambahnya.
Tahap kedua dalam bisnis, lanjutnya, masa di mana membangun tim. Masa ini membutuhkan waktu sekitar tiga sampai lima tahun.
"Bisnis itu baru bisa memproduksi uang secara mandiri bila sudah berumur tujuh tahun ke atas. Kalau mau lebih cepat lagi, beli sistem dan cari mentor yang tepat. Intinya tidak ada yang instan dalam merintis sebuah usaha," tegas Akmal.
Ia menambahkan, anak-anak muda hanya sedikit yang punya modal uang. Selebihnya mereka punya modal lain yang sebenarnya lebih berpengaruh, yaitu tenaga dan semangat.
"Intinya jangan banyak mikir, nanti waktu kita habis di situ-situ saja, tanpa menghasilkan sesuatu yang berfaedah. Mulai saja dulu dan nikmati proses. Jangan takut jatuh," ucap Akmal semangat.
"Kemudian satu lagi, buat anak-anak muda yang sudah ingin menikah, ya menikah saja dulu. Jangan tunggu mapan, tetapi biar Allah yang mapankan sembari berjuang bersama istri. Insya Allah lebih berkah," pungkas CEO Akmal Travel itu diiringi tawa.
Begitulah perjalanan panjang seorang Akmal Iman dalam merintis bisnis travel halal miliknya. Meski sudah beromset Rp 50 juta per bulan, Akmal terus belajar bagaimana mengelola bisnis menjadi lebih baik lagi.
Semangat Akmal mengahadapi jatuh bangun dalam merintis bisnisnya bisa jadi contoh bagi para milenial yang sedang mengawali karir sebagai pengusaha pemula. Akmal mengajarkan kalau segala sesuatu itu memang harus diperjuangkan. (sm)