Safiq, Putra Aceh Raih 5 Penghargaan Hingga Level Internasional dalam Setahun
Font: Ukuran: - +
Safiq bersama penghargaan dari hasil karya-karyanya saat diwawancara di salah satu coffee shop di Banda Aceh, Sabtu (21/12/2019). [Foto: Sara Masroni/Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Jam menunjukkan pukul 11.20 WIB. Seorang pria berkacamata duduk sembari membawa lembaran yang terbungkus map dan beberapa medali yang terkemas rapi di kotak.
"Saya Muhammad Safiq Akbar, siswa SMA Fatih Bilingual School," ucapnya kalem saat ditemui Dialeksis.com di salah satu coffee shop di Banda Aceh, Sabtu (21/12/2019).
Tak tanggung-tanggung, dalam kurun waktu setahun, Safiq mampu menggondol lima mendali dari ratusan kompetitor, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pria kelahiran Banda Aceh, 19 Juli 2002 ini tak sendirian. Ia bersama Aqil Naufal Syahrul memulai projeknya sejak Oktober 2018 lalu. Berselang tiga bulan kemudian, kerja keras mereka pun berbuah manis. Pada Desember 2018 lalu, hasil dari penelitian tersebut, mereka menemukan sebuah produk berupa deodoran anti bakteri yang berasal dari lumut.
"Kita resah dengan banyaknya tumbuhan lumut di Indonesia, tetapi sedikit sekali pemanfaatannya," ungkap Safiq saat menceritakan produk temuannya.
"Bergerak dari keresahan ini, kita coba meneliti apa yang terkandung di lumut. Ternyata di sana ada zat fenol yang mampu membunuh bakteri," tambahnya.
Zat fenol tersebut, lanjutnya, yang kemudian digunakan untuk menjadikan sebuah produk berupa deodoran.
"Kami sempat gagal saat mengekstrak lumutnya karena tidak fokus pada suhu, sehingga zatnya pecah," kata Safiq menceritakan kegagalannya.
Perjalanannya berbuah manis saat meraih medali pertama dari ISPO (Indonesian Science Project Olympiad) di Tangerang Selatan pada 22-24 Februari 2019 lalu.
"Rasanya bahagia sekali waktu itu," ungkap Safiq meluapkan kegembiraannya.
Kemudian produk Inovasi mereka kembali mendapat penghargaan berupa Gold Medal dari Rektor Universitas Ubudiyah Indonesia, Banda Aceh pada 1-2 Oktober 2019 lalu.
Selanjutnya kembali mendapat Silver Award dari The Advanced Innovation Global Competition (AIGC) di Nanyang Technological University, Singapore pada 15-17 November 2019 lalu. Di bulan yang sama kembali meraih Bronze Prize dari Korean Invention Promotion Association di Seoul, Korea pada 27-30 November 2019 lalu.
Tak cukup sampai di situ, Safiq bersama teman lainnya, Febri Rachmatul Ikram dan M. Khalil kembali meraih Gold Medal dari AI-JAM di Jepang pada 7-8 Desember 2019 lalu. Namun kali ini Safiq tampil dengan produk inovasi yang berbeda yaitu membuat kardus dari ampas kelapa.
"Medalinya (emas) belum bisa ditunjukkan karena masih dalam proses duplikat dan pengiriman dari Jepang," jelas Safiq dengan sumringah.
Motivasi Hidup
Saat ditanya motivasi terbesar dalam hidup Safiq hingga melahirkan karya-karya prestisius sebanyak ini, ia berujar orang tua adalah faktor utama yang menjadi penyemangatnya dalam berkarya.
"Selain tentunya bisa bermanfaat bagi orang lain juga," ungkap Safiq sembari tersenyum.
Kemudian saat ditanya apa kata pamungkas dalam perjalanannya berkarya hingga sejauh ini, ia berujar "Coba aja dulu, urusan gagal belakangan," ucap Safiq sambil menirukan mimik sang ibu, Nur Asiah.
Selanjutnya sang ayah, Budianto saat diwawancara di waktu yang sama berujar, ia bersama istri tidak pernah menuntut Safiq untuk menang dalam kompetisi apapun.
Safiq bersama sang ayah, Budianto usai diwawancara, Sabtu (21/12/2019). [Foto: Sara Masroni/Dialeksis.com]"Kita hanya memfasilitasi apa kebutuhannya dan kita tidak pernah menuntut apapun dari Safiq. Kita juga tak luput memberi semangat dan meminta Safiq mencoba apapun yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi orang banyak. Itu saja," ungkap sang ayah penuh sumringah.
Budianto melanjutkan, pengalaman berharga bagi setiap anak adalah berani mencoba sesuatu yang bersifat positif. Sebab walau gagal di awal, pasti ada banyak pelajaran yang didapat di sana.
"Semoga apa yang diraih Safiq bisa bermanfaat bagi daerah, bangsa dan negara serta bagi banyak orang tentunya," pungkas sang ayah.
Begitulah perjalanan singkat seorang Safiq, siswa SMA yang masih belia secara usia, tetapi sudah berkontribusi dan mengharumkan nama Aceh dan Indonesia, baik di pentas nasional maupun di kancah internasional.
Kegigihan seorang Muhammad Safiq Akbar menggondol lima medali dalam setahun, patut dijadikan panutan bagi para milenial dalam berkarya dan meraih berbagai pencapaian ke depan. (sm)