Sosok Bustami Hamzah di Mata Gen Z Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Penjabat Gubernur Aceh, Bustami Hamzah. Foto: Net
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pilkada Aceh 2024 diperkirakan akan menjadi salah satu perhelatan politik yang menarik dan penuh dinamika di Indonesia.
Aceh, sebagai salah satu provinsi dengan status otonomi khusus, memiliki karakteristik politik yang unik dan kompleks, yang sering kali berbeda dengan daerah lain di Indonesia.
Dalam Pilkada Aceh, sosok kandidat sangat berpengaruh terhadap hasil pemilihan. Pemilih Aceh cenderung memilih berdasarkan karakter pribadi, visi, dan rekam jejak kepemimpinan kandidat.
Pemuda dan generasi milenial, yang semakin melek politik, juga diprediksi akan menjadi kekuatan yang signifikan dalam Pilkada ini. Mereka cenderung lebih kritis dan berorientasi pada hasil nyata yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup.
Dalam hal ini, pewarta dialeksis.com meminta tanggapan dari beberapa pemuda Aceh Generasi Z atau Gen Z yang lahir pada 1997-2012 terhadap sosok Bustami Hamzah dimata Gen Z.
Dalam konteks dinamika politik dan birokrasi di Provinsi Aceh, sosok Bustami Hamzah sebagai Penjabat (PJ) Gubernur Aceh menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan, termasuk di antara generasi Z.
Seiring dengan dinamika politik yang terus berkembang di Aceh, kehadiran Bustami Hamzah sebagai Penjabat (PJ) Gubernur Aceh telah memunculkan berbagai pertanyaan dan penilaian dari berbagai kalangan, termasuk dari generasi milenial.
Pandangan generasi muda, yang seringkali menjadi barometer perubahan sosial dan politik, memberikan sudut pandang yang menarik dan relevan untuk kita cermati.
Arifandi, seorang pemuda asal Kabupaten Bireuen, mengungkapkan pandangannya terhadap kepemimpinan Bustami Hamzah yang dianggapnya mampu memberikan warna baru dalam tata kelola pemerintahan di Aceh.
Menurut Arifandi, Bustami Hamzah adalah figur yang patut diapresiasi dalam menjalankan tugasnya sebagai PJ Gubernur.
“Menurut saya, sosok Bustami Hamzah sebagai PJ Gubernur sangat baik dalam segmen birokrasi. Banyak hal yang telah beliau lakukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam birokrasi Pemerintah Aceh,” ujarnya kepada Dialeksis.com, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Arifandi menambahkan bahwa kepemimpinan Bustami Hamzah tidak hanya tegas, tetapi juga humanis. Dua karakter ini dinilai menjadi kombinasi penting dalam membawa perubahan positif bagi masyarakat Aceh.
“Beliau juga memiliki sikap tegas dan humanis dalam menjalankan roda kepemimpinan. Pemimpin Aceh yang seperti Bustami Hamzah ini patut kita jaga,” tambahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Aceh menghadapi berbagai tantangan besar, mulai dari persoalan ekonomi, sosial, hingga politik. Kehadiran pemimpin yang mampu memahami dan menangani masalah-masalah tersebut menjadi kebutuhan mendesak.
Dalam hal ini, Arifandi menilai Bustami Hamzah sebagai salah satu pemimpin yang mampu menjawab tantangan tersebut.
“Mengingat, beberapa PJ yang telah menjabat belum ada yang mampu menyelesaikan problematika daerah Aceh. Saya sebagai generasi Z berharap hadir pemimpin Aceh yang mampu mengatasi dan menyelesaikan problematika daerah Aceh, seperti Bustami Hamzah,” tuturnya.
Sebagai salah satu provinsi dengan sejarah dan budaya yang kuat, Aceh memiliki kebutuhan khusus dalam hal kepemimpinan. Kepemimpinan yang memahami budaya lokal, sekaligus memiliki visi yang jelas dalam membawa provinsi ini menuju kemajuan yang lebih baik.
Arifandi meyakini bahwa Bustami Hamzah memiliki kemampuan tersebut, dan berharap kepemimpinan yang ditunjukkannya dapat berlanjut dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Sementara itu, Fawazul Alwy, Pemuda Asal Aceh Barat memiliki pandangan terhadap sosok Bustami Hamzah, yang saat ini menjabat sebagai PJ Gubernur Aceh.
Dalam pandangannya, ada beberapa hal yang perlu dicermati dan dipertanyakan terkait kepemimpinan Bustami selama masa jabatannya.
Fawazul melihat bahwa program-program yang ada selama ini lebih banyak merupakan kelanjutan dari kebijakan sebelumnya, tanpa adanya terobosan baru yang signifikan.
"Pertanyaan pertama yang sering diajukan adalah mengenai program apa saja yang telah berhasil dijalankan oleh Bustami selama menjabat sebagai PJ Gubernur," ujarnya.
Misalnya, kata Fawazul, program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) yang diperkenalkan oleh Irwandi Yusuf, Fawazul merasa bahwa belum ada program unggulan yang lahir dari inisiatif Bustami sendiri yang benar-benar mencerminkan visi dan misinya untuk Aceh.
”Program-program yang berhubungan dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pilkada ini kan dari pusat, dan memang harus dituntaskan dengan baik, kalau yang lain belum nampak sekelas dengan JKA punya Irwandi Yusuf, " katanya.
Kritik terhadap Bustami tidak berhenti di situ. Fawazul dan rekan-rekan seangkatannya juga meragukan kesiapan Bustami untuk maju sebagai calon gubernur.
Dalam pandangannya, Bustami belum menunjukkan kesiapannya untuk memimpin Aceh dalam skala yang lebih luas, terutama mengingat masa jabatannya sebagai PJ Gubernur yang terbatas dan program-program yang masih berada dalam bayang-bayang kebijakan pusat.
Mereka juga menggarisbawahi bahwa pencalonan Bustami sebagai gubernur mungkin lebih didorong oleh statusnya saat ini, daripada prestasi nyata yang dapat dibanggakan oleh masyarakat Aceh.
Hal ini mengingatkan mereka pada pengalaman masa lalu di mana beberapa PJ Gubernur diajukan sebagai calon gubernur, namun gagal memenangkan dukungan rakyat karena kurangnya program yang efektif dan ketidakpopuleran di kalangan masyarakat.
Dalam perspektif politik, Fawazul mengakui bahwa Bustami memang memiliki peluang untuk maju dalam Pilkada 2024. Namun, ia menekankan bahwa popularitas dan efektivitas kebijakan Bustami masih menjadi kendala utama.
Popularitas yang terbatas di kalangan masyarakat, terutama di kalangan pemuda, serta kurangnya inovasi dalam kebijakan, membuat peluangnya untuk bersaing dengan calon-calon lain menjadi lebih sulit.
"Rakyat tidak banyak kenal dengan pak pj Bustami Hamzah hanya sebagian atau segelintir yang kenal dengan PJ Gubernur," ujarnya.
Melalui refleksi ini, Fawazul Alwy mengajak seluruh elemen masyarakat Aceh, terutama generasi muda, untuk lebih kritis dalam menilai kepemimpinan saat ini.
Baginya, Aceh membutuhkan pemimpin yang bukan hanya melanjutkan program-program yang sudah ada, tetapi juga mampu menghadirkan inovasi dan terobosan baru yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Fawazul berharap agar Bustami Hamzah dapat memanfaatkan sisa masa jabatannya untuk membuktikan bahwa dirinya adalah sosok yang tepat untuk memimpin Aceh.
Dengan menghadirkan program-program yang strategis dan inovatif, serta mendekatkan diri kepada rakyat, terutama generasi muda, Bustami masih memiliki peluang untuk mengubah pandangan skeptis yang ada saat ini.
"Jadi untuk peluang politik memang ada, tapi untuk bersaing dengan calon-calon lain itu kurang. Karena kurangnya popularitas, yang kedua kurangnya efektivitas kebijakan," pungkasnya. [nh]