Sosok Edi Fadhil Pahlawan Bagi Kaum Duafa Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Edi Fadhil. [Foto: Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pria kelahiran Montasik, Aceh Besar, 16 Juni 1984, ini telah banyak membantu masyarakat Aceh yang membutuhkan, mulai dari membangun rumah duafa, sekolah bahkan menyediakan beasiswa anak putus sekolah dan juga memberikan modal usaha kepada masyarakat.
Kepeduliannya dalam berbagi kepada kaum miskin digagas lewat Gerakan "Cet Langet". Sejak Juni 2015 ia memulai program tersebut, berawal dari penggalangan donasi lewat sosial media ia berhasil membangun ratusan istana untuk warga miskin.
Sosok itu memiliki nama lengkap Edi Fadhil. Sosok yang cukup dikenal, terutama di kalangan pengguna jaringan maya di Aceh.
Hingga saat ini ia terus menggalang donasi dan membangun rumah bagi yang membutuhkan. Tak berlebihan, jika sosok Edi Fadhil kita sebut sebagai pahlawan bagi masyarakat kurang mampu di Aceh.
Keinginan untuk membantu sesama itu dilakukannya sebagai wujud syukur karena diberikan kesempatan lebih oleh yang maha kuasa untuk bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat. Memaksimalkan fungsi media sosial agar lebih maksimal untuk membantu orang yang belum beruntung dari pada menyebar hoax atau berita bohong.
Sejak 2015, dana yang digunakan untuk keberlangsungan program itu sebagian besar (90%) berasal dari open donasi sebagian kecil dari lainnya zakat atau hibah.
PNS di Pemerintah Aceh ini mulai masyhur kala ia bersama relawan menggalang dana dari media sosial (medsos) pada 2015 silam untuk membedah dan membangun rumah masyarakat miskin di Aceh.
Beberapa waktu lalu, Edi Fadhil dilantik sebagai Kasi Pengembangan Usaha dan Lembaga Ekonomi Gampong pada DPMG Aceh. Sebelumnya ia hanya staf di Bappeda Aceh. Edi Fadhil lulus sebagai abdi negara sejak 2014. Namun lebih dari itu, Edi Fadhil sebenarnya abdi untuk masyarakat.
Ayah satu anak ini juga melakukan Gerakan Mari Belajar (GMB), satu program pemberian beasiswa untuk anak-anak yang putus sekolah atau terancam tak ada biaya untuk melanjutkan studi. Program ini berhasil memberi beasiswa murid SD, SMP, dan SMA sebesar Rp175 ribu hingga Rp200 ribu per anak untuk tiap bulannya, berbasis Facebook.
Dia menggalang dana dari donatur melalui media sosial dengan mempublikasikan foto-foto calon penerima (orang-orang miskin). Penyumbang berasal dari Aceh, provinsi lain dan luar negeri.
Edi Fadhil pria berusia 37, alumnus Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala mengawali aktivis sosial kemasyarakatan sejak menjadi kader HMI Cabang Banda Aceh. Dia mulai memimpin Sekolah Demokrasi Aceh Utara (SDAU) dan dipercaya mengemban posisi direktur pada Perkumpulan Sepakat.
Bahkan berbagai kegiatan yang diinisiasi itu selalku ia unggah di wall facebook miliknya. Ini untuk memberitahu sekaligus menjadi laporan pertanggungjawaban terhadap mereka yang sudah ikut peduli.
Fadhil yang berpenampilan bersahaja, mengaku saat ini dia sudah berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Namun, itu tidak menghalanginya untuk turun ke lapangan membantu orang-orang miskin.
Sebagai abdy negara, dia menggunakan waktu senggangnya peduli kaum miskin. Bila jam istirahat siang bagi pegawai negeri sipil (PNS), swasta, dan instansi lain sangatlah menyenangkan. Ada yang mencari tempat makan siang dengan menu spesial. Atau menjemput anaknya di sekolah. Malahan banyak yang memilih nongkrong di warung kopi, tapi tidak bagi Edi Fadhil. Dia justru memanfaatkan waktu luang itu untuk hal lain yang tak kalah bermanfaat.
Sang inspirator Cet Langet itu mengaku ide awal dia membangun rumah-rumah untuk kaum duafa, ketika berada di Aceh Utara. Saat itu seorang teman memberikan foto hasil dari pemetaan etnografi kemiskinan menunjukkan rumah seorang kaum duafa di Aceh Utara.
Karena sangat tergugah, Edi Fadhil berinisiatif membantu. Dia pun mendatangi pemilik rumah dan meminta izin rumahnya untuk dipasang di akun Facebook-nya.
Edi Fadhil juga mendapat Anugerah Komunikasi Indonesia pada Tahun 2016 silam dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Aktivitas sosial yang dilakukannya Edi, menyebabkan kalangan DPRA harus belajar. Dia diundang untuk mempresentasikan cara membangun gerakan peduli kaum duafa lewat Gerakan "Cet Langet". Kiat peduli kaum dhuafa juga dipaparkan di hadapan gubernur Aceh Zaini Abdullah dan pejabat Pemerintah Aceh saat itu.
Menurut Edi Fadhil, konsep peduli kaum miskin dan pengentasan kemiskinan itu sederhana. Hal itu harus satu paket, ketika ada program pembangunan rumah harus disertai stimulus pemberdayaan ekonomi dan memberikan pendidikan bagi mereka yang sangat tidak mampu.
Ada banyak masalah sosial di sekitar kehidupan masyarakat, semua orang bisa berbagi peran melakukan sesuatu mungkin bisa dimulai dari hal-hal kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang. "Kita tidak bisa melakukan segalanya tapi pasti bisa melakukan sesuatu,". Semboyan itulah yang terus menerus dipraktekkannya selama ini.
Edi Fadhil telah menunjukan dia mampu menggugah pihak lain untuk berbagi meringankan beban pihak lain. Kejujuran dan kepercayaan adalah sebuah kunci menuju keberhasilan. Ketekenunanya dalam mempertahankan nilai jujur telah melahirkan sejumlah karya, siapa yang akan mengikuti jejaknya berbagi bersama mereka yang ditakdirkan Tuhan hidup dalam dhuafa.