Mayjen TNI Teuku Abdul Hafil Fuddin SH SIP MH sebagai Panglima Komando Daerah Militer Iskandar Muda (Pangdam IM) yang baru, Kamis (22/3) kemarin dilantik oleh ,Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto SIP. Hafil Fuddin menggantikan Mayjen TNI Moch Fachrudin dipindah tugaskan menjadi Asops Kasad dengan surat keputusan Panglima Tentara Nasional Indonesia dengan nomor Kep/231/III/2018 yang ditetapkan di Jakarta, 9 Maret.

Putra Manggeng, Aceh Selatan itu sebelumnya adalah Tenaga Ahli (TA) Pengkaji Bidang Geografi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Pria kelahiran 14 Juni 1962 ini menambah daftar putra Aceh yang menjadi Pangdam Iskandar Muda. Bilau orang Aceh kelima yang menjabat sebagai Pangdam Iskandar Muda, setelah Syamaun Gaharu, Nyak Adam Kamil, Teuku Hamzah, dan Jali Yusuf.

Sebagai figur yang lahir dan menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Aceh, Hafil tentu memiliki referensi kuat tentang kultur dan Pernik-pernik ke-Acehan. Ini akan menjadi modal sosial dalam menjalani fungsi dan perannya sebagai orang tertinggi di jajaran militer di Provinsi Aceh.

Berbagai kalangan menyampaikan harapan agar kehadiran Hafil akan mampu membangun sinergitas, menjaga soliditas dengan semua kalangan di Aceh, baik itu di jajaran internal Kodam Iskandar Muda, maupun di luar institusi TNI. Karena siapa pun tahu jika, salah satu kunci sukses dari setiap kebijakan adalah menumbuhkan sikap kebersamaan dan saling memahami terhadap keberagaman persoalan di masyarakat, terutama di Aceh.

Kecuali itu, kita semua sepakat, bahwa seorang Pangdam bukan hanya mendedikasikan diri untuk korp prajurit, tapi melakukan tugas-tugas teritorial dan menjadi payung untuk mewujudkan kesejahtraan dan kedamaian dalam masyarakat. Sebab, antara aspek keamanan dan kesejahtraan ibarat dua sisi mata uang yang saling membutuhhkan dan tidak bisa dipisahkan. Pangdam Iskandar Muda yang baru diharapkan mampu menjaga komitmen dalam melakukan transformasi TNI sebagai inti pertahanan dan keamanan rakyat ke arah lebih profesional dan modern, apalagi semakin banyak persoalan yang terjadi, baik sosial dan moral, terutama dalam menghadapi tahun-tahun politik seperti Pilkada di tiga kabupaten di Aceh, Pileg dan Pilpres 2019. Terkait tahun politik ini diharapkan prajurit TNI tidak terpancing isu adu domba, intoleran, Pancasila dan Kebhinekaan serta isu SARA.

Dalam kondisi seperti sekarang, diperlukan seorang Panglima yang mampu mengelola persatuan dan kesatuan berbagai elemen bangsa. Tentu saja komitmen untuk menjaga netralitas dan independen. Sebagaimana ilham dasar TNI adalah hanya berpihak kepada kebenaran dan di sisi rakyat demi NKRI. Tidak boleh keseret dalam pusaran kepentingan opurtunis pemegang kekuasaan di berbagai levelnya. 

Sebagai Pangdam IM yang baru, Mayjen Hafil adalah sosok yang pantas menduduki jabatan Panglima. Selain memiliki kriteria sapta marga, Hafil juga seorang cendekia. Karenanya kita optimis bisa melanjutkan hal - hal positif yang telah dilakukan dan dibangun Pangdam sebelumnya, membangun kemitraan dan sinergi dengan semua pihak sebagai upaya mewujudkan harapan rakyat Aceh meraih kedamaian, sejahtra, hebat dan bermartabat, dalam nafas dan kultural Aceh yang islami. 

Modal sosial dan kultural sebagai putra daerah, Mayjen Hafil, sudah tidak perlu diragukan, sehingga diharapkan mampu mewakafkan pengabdiannya untuk rakyat Aceh dalam pelukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab, rakyat saat ini membutuhkan sosok yang mampu memoles sentuhan humanistis untuk menciptakan situasi kondusif dan riang gembira. 

Tentara itu lahir dari rahim rakyat. Karena itu kita berharap kepemimpinan Mayjen Hafil semakin mendekatkan rakyat dengan prajurit TNI. Kruu Seumangat Panglima! (redaksi)