Selasa, 04 November 2025
Beranda / Berita / Aceh / BEM FPIK UTU Jadikan Bycatch Sebagai Inovasi Ekonomi Keluarga Nelayan

BEM FPIK UTU Jadikan Bycatch Sebagai Inovasi Ekonomi Keluarga Nelayan

Senin, 03 November 2025 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar (UTU) menggelar kegiatan Workshop Pengolahan Produk dari Bahan Baku Ikan Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) yang dilaksanakan Minggu, 2 November 2025, di Balai Pertemuan Desa Meureubo, Kabupaten Aceh Barat. Dokumen untuk dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Aceh Barat - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar (UTU) menunjukkan komitmennya membantu masyarakat nelayan melalui kegiatan Workshop Pengolahan Produk dari Bahan Baku Ikan Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch) yang dilaksanakan Minggu, 2 November 2025, di Balai Pertemuan Desa Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.

Kegiatan ini menyasar Kelompok Usaha Bersama (KUB) Istri Nelayan Desa Meureubo, dengan tujuan utama meningkatkan perekonomian keluarga nelayan melalui inovasi produk olahan hasil laut. 

Selama ini, hasil tangkapan sampingan (bycatch) sering kali dianggap tidak bernilai dan bahkan dibuang kembali ke laut. Padahal, jika diolah dengan tepat, ikan-ikan tersebut dapat menjadi sumber penghasilan baru.

Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pakar pengolahan hasil perikanan dari Universitas Teuku Umar seperti Ikhsanul Khairi, S.Pi., M.Si, dan Nabila Ukhty, S.Pi., M.Si, serta tim BEM lintas fakultas, mulai dari FPIK, Fakultas Ekonomi, hingga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kegiatan ini juga didampingi langsung oleh Ketua Pelaksana, Dr. Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si, bersama Afdhal Fuadi, S.Pi., M.Si dan Rusdi, M.Si sebagai anggota pelaksana.

Dr. Muhammad Rizal menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program Pemberdayaan Masyarakat oleh BEM (PMB) yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek.

“Hari ini kami bersilaturahmi kembali dengan KUB Istri Nelayan dalam agenda pelatihan diversifikasi produk olahan hasil tangkapan sampingan. Harapannya, ibu-ibu bisa mengolah hasil tangkapan suami mereka menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, salah satu bahan utama yang digunakan dalam pelatihan adalah ikan gabus laut, jenis ikan non-ekonomis yang sering tertangkap dan dijual murah di pasar hanya sekitar Rp10.000-15.000 per kilogram. Melalui pelatihan ini, ikan gabus laut diolah menjadi berbagai produk seperti bakso ikan, kaki naga, dan nugget.

“Dari hasil pelatihan ini, ibu-ibu bisa membuat sendiri produk olahan ikan untuk konsumsi rumah tangga maupun dijual. Dengan begitu, hasil tangkapan yang sebelumnya tidak bernilai kini bisa menjadi sumber ekonomi keluarga,” tambah Dr. Rizal.

Ketua BEM FPIK, Muhammad Fikran, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya konkret mahasiswa dalam menjawab tantangan ekonomi masyarakat pesisir.

“Tujuan utama kami adalah membantu masyarakat pesisir meningkatkan pendapatan melalui inovasi produk hasil tangkapan laut. Potensi bycatch sering kali terbuang percuma, padahal bisa menjadi produk bernilai jika diolah dengan baik,” ujar Fikran.

Kegiatan workshop ini dilakukan dalam dua tahap, yakni pemaparan materi dan praktik langsung. Para peserta diajarkan teknik pengolahan ikan mulai dari pembersihan bahan, penggilingan, hingga proses pengemasan.

Dua akademisi UTU, Ikhsanul Khairi dan Nabila Ukhty, menekankan pentingnya menjaga kualitas bahan baku dan kebersihan dalam proses produksi.

“Kelebihan produk yang dibuat sendiri adalah tidak menggunakan bahan pengawet atau penyedap buatan. Jadi hasilnya lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi keluarga,” jelas mereka.

Selain itu, peserta juga dibekali pemahaman dasar tentang manajemen usaha kecil, penghitungan biaya produksi, serta strategi pemasaran sederhana agar hasil olahan bisa bersaing di pasar lokal.

Bagi para peserta, kegiatan ini memberikan semangat baru. Salah satu anggota KUB Istri Nelayan mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini karena memberikan keterampilan nyata yang bisa langsung diterapkan.

“Kami senang sekali karena bisa belajar membuat produk baru dari ikan yang selama ini kami buang. Kalau bisa, kegiatan seperti ini diadakan rutin supaya kami semakin mahir dan bisa menjual hasilnya,” ujarnya.

Ketua BEM FPIK berharap program ini dapat menjadi model kolaborasi berkelanjutan antara mahasiswa, akademisi, dan masyarakat.

“Kegiatan ini bukan hanya pelatihan teknis, tetapi juga gerakan sosial untuk menumbuhkan ekonomi pesisir. Kami ingin membuktikan bahwa ilmu yang kami pelajari di kampus bisa memberi manfaat langsung bagi masyarakat,” tutup Muhammad Fikran.

Melalui pemanfaatan hasil tangkapan sampingan, mahasiswa UTU menunjukkan bahwa potensi laut Aceh Barat tidak hanya terletak pada hasil tangkapan utama, tetapi juga pada kreativitas mengolah sumber daya yang selama ini terabaikan.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI