DPM UTU Praktekan Integritas Terbuka, Kampus Permasalahkan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Zulkarnaini
Pemerhati Keberagaman dan Sosial Politik, Teuku Muhammad Jafar
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerhati Keberagaman dan Sosial Politik, Teuku Muhammad Jafar, memberikan pandangannya tentang ucapan selamat merayakan Jumat Agung yang disampaikan oleh DPM UTU.
Menurutnya, dalam semangat Islam yang Rahmatan Lil'alamin, ucapan tersebut harus disikapi dengan bijak.
Teuku Muhammad Jafar juga menyoroti tentang eksistensi syariat Islam di Aceh yang menurutnya menjadi rahmat bagi agama dan kepercayaan apapun di Provinsi Aceh. Ia menekankan bahwa semangat Islam yang Rahmatan Lil'alamin harus dipegang teguh oleh masyarakat Aceh, karena hal itu akan memperkuat eksistensi syariat Islam yang telah ada.
“Apa yang dipraktekkan mahasiswa UTU itu adalah salah satu bentuk keramah tamahan Islam sebagai agama mayoritas di Aceh, ucapan itu bukanlah sebuah bentuk pengakuan yang berdampak pada pada akidah, tetapi murni sebuah keramah tamahan dalam relasi antar anak manusia,” kata Teuku Muhammad Jafar kepada DIALEKSIS.COM, Senin (10/4/2023).
“Keberadaan agama lain diluar Islam diakui baik oleh Islam sebagai agama besar dan universal dan juga diakui oleh negara, jadi ucapan itu bukan sebuah bentuk pengakuan terhadap eksistensi agama lain, tapi murni human brothership, relasi antar manusia,” katanya.
Menurut Teuku Muhammad Jafar, tidak ada yang dilanggar oleh DPM UTU, tapi mereka sudah minta maaf, “ya itu kita pahami akibat tekanan yang bertubi-tubi terhadap mereka, walaupun kita sangat menyayangkan permintaan maaf itu,” ujarnya.
“Ucapan itu juga harus dibaca dari praktek pengetahuan masa depan, ketika kampus sebagai sebuah representasi pengetahuan dan akal sehat yang murni, maka dia harus bebas dari berbagai ketakutan dan juga dari berbagai tekanan.Dalam hal ini, DPM UTU telah mempraktekkan pengetahuan masa depan itu yaitu integritas terbuka,” kata pria yang akrab disapa Jafar itu.
Integritas terbuka kata Jafar, pengakuan secara terbuka atas segala keunikan, kebebasan agama dan pemahaman atas klaim-klaim kebenaran dan inti kepercayaan agama dari mitra dialog, dari mitra antar agama sehingga dialog itu diperkaya dan memperkaya keyakinan masing-masing agama, yang Islam pun semakin yakin dengan keislamannya.
Pengakuan atas segala keunikan ini disampaikan diruang publik tanpa perlu ada ketakutan, tanpa merasa tertekan, tanpa merasa terteror, karena syarat kemajuan manusia, syarat majunya sebuah peradaban adalah bebas dari segala rasa takut, bebas dari segala tekanan dan bebas dari segala teror.
“Integritas terbuka ini adalah bicara penyatuan manusia dalam segala keunikan tersebut, tidak bicara lagi keterpisahan manusia, dunia sedang berada dalam orbit ini, dunia sedang berada pada fase ini yaitu bicara penyatuan manusia dalam persaudaraan segala keunikan,” ujar Jafar.
“Kita sadar, bahwa statement seperti ini pasti mutlak akan diklaim sebagai bentuk menggerogoti syariat Islam, anti terhadap syariat Islam, padahal Islam itu tinggi sekali, maju sekali dan agung sekali untuk terdegradasi, atau ternodai hanya dengan ucapan selamat merayakan paskah itu, justru tindakan itu semakin memajukan Islam, semakin mengagungkan Islam karena syariat Islam tidak akan pernah terdistorsi dengan keberadaan agama - agama dan kepercayaan lain,” tambah Jafar.
“Sampai kapan praktek syariat slam di Aceh harus membuat umatnya berada dalam ketakutan dan tekanan, kita harus segera bebas dari ini, kita harus keluar dari ini agar kita menjadi umat Islam yang berkualitas dan menjadi rujukan bagi dunia,” pungas Teuku Muhammad Jafar.