kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Emas Hijau dan Emas Biru Ala Doni Monardo di Aceh

Emas Hijau dan Emas Biru Ala Doni Monardo di Aceh

Sabtu, 24 November 2018 20:07 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: Ist

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Letjen TNI Doni Monardo berkunjung ke Aceh pada Jum’at (23/11) di Lampulo. Ia juga membuka kuliah umum di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh.

Dalam kuliah umum tersebut ia mengatakan potensi Emas Hijau dan Emas Biru di Aceh sangat maksimal. Ia juga menyinggung strategi pada program ini agar dapat bersinergi dengan semua koridor, salah satunya media sebagai sarana publikasi dan informasi kepada masyarakat.

Selain itu, sinergitas dunia usaha diupayakan ikut dalam program tersebut agar bertumbuhnya potensi yang maksimal dengan melibatkan komunitas.

"Kita bisa omong-omong saja, yang eksekusi harus kalangan dunia usaha," katanya.

Emas Hijau yang dimaksud adalah tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang bernilai ekonomi tinggi. Takengon disebutnya memiliki Emas Hijau yang lumayan besar nilai ekonominya dibanding dengan Emas Biru seperti budidaya perikanan dan perternakan. Di negara maju, kesehatan tinggi dan banyak orang kaya yang tidak lagi menjadikan nasi sebagai bahan pokok utama dalam keseharian mereka.

"Harga semakin hari semakin meningkat. Kesehatan tinggi. Banyak orang kaya tidak lagi makan nasi tapi alpukat. Pasar ini tidak akan berkurang," ujarnya

Dalam paparannya ia juga memberikan gambaran bagaimana strategisnya Aceh. Timur Tengah dan India menurutnya sangat dekat dari sini. Bahkan dia mengatakan pelabuhan Sabang sangat diuntungkan jika kanal Thailand dibuka serta kapal asing dapat bersandar setiap hari.

Karet, parfum, kosmetik, cengkeh, pala, cendana, gaharu dan kemenyan menurutnya menjadi modal utama kebangkitan dunia usaha yang harus dikembangkan Aceh agar maksimalnya potensi yang ada, tentunya dengan dukugan semua pihak terkait. Perizinan, sambungnya, adalah hal yang berperan penting untuk program ini. Menurutnya, sistem perizinan harus mudah agar investor tidak khawatir.

"Pengusaha hanya akan maksimal jika mendapatkan izin penggunaan lahan 20 tahun, aturan dari pusat 5 tahun. Kita akan cari cara. Sayang lahan luas tidak bisa dimaksimalkan," imbuhnya

Ia juga berharap agar ada peningkatan kualitas nelayan dan petani. Kearifan lokal, sejarah budaya harus menjadi bagian dari metode yang diselenggarakan. Karena tujuan akhir adalah kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, apa yang dilakukan Pemerintah Aceh akan maksimal jika konsep ini jadi bagian yang tidak terpisahkan.

"Mudah-mudahan dengan program seperti ini ada kesadaran komponen masyarakat untuk tidak lagi ribut-ribut. Ini alat menyelesaikan masalah. Tidak perlu memakai senjata," harapnya. (rel)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda