Kenangan Kautsar Bersama Carmel Budiardjo
Font: Ukuran: - +
Reporter : Agam K
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh – Meninggalnya pegiat hak asasi manusia yang mengadvokasi kasus pelanggaran HAM di Indonesia, mulai kasus 1965, Timor Leste dan Aceh, Carmel Budiarjo, meninggalkan duka yang mendalam bagi mantan aktivis Aceh, Kautsar Muhammad Yus.
Kautsar Muhammad Yus melalui postingan di akun Facebook miliknya, menceritakan pengalaman bersama Carmel Budiarjo dan dulunya ia hanya membaca laporan Tapol dari hasil print komputer di kantor Cordova dan Walhi, karena saat itu layanan internet masih terbatas.
“Membaca laporan Tapol dikalangan aktivis masih dianggap sebagai kemewahan informasi, ditengah dunia pers yang baru terbuka paska kejatuhan Soeharto. Disana kami membaca nama Carmel Budiardjo,” ujar Kautsar melalui akun Facebook pribadinya.
Kautsar menambahkan, sepanjang tahun 1999 dirinya banyak sekali terlibat rapat bersama berbagai organisasi gerakan di Banda Aceh. Bahkan kala itu sedang melakukan penggalangan referendum.
“Saya ingat sekali seorang teman, beliau sangat elit dalam gerakan, kerap sekali ketika bicara dalam rapat menyampaikan kalau ia baru saja ditelpon Carmel di London dan menyampaikan informasi sebagai berikut. Atau kadang-kadang ia menyampaikan dua atau tiga hari sebelum rapat ditelpon Carmel dan bla.bla.bla keluar berbagai ratus dari mulutnya,” tutur Kautsar.
Sehingga dirinya percaya kalau informasi tersebut datang dari Carmel, apalagi ia merupakan orang yang di elitkan. Bahkan karena terlalu sering menyebut nama Carmel saat bertemu dengan saya, terbersit juga dihati, benar atau tidak.
Maka suatu ketika Carmel datang ke Banda Aceh, Kautsar diundang makan malam di salah satu café di kawasan Lingke, atas rekomendasi rekannya Aguswandi, café satu pintu ruko tersebut memliki interior yang modern.
“Saya tanya sama Ibu Carmel, apa tidak sebaiknya kita undang juga ... saya menyebut nama teman saya itu... Ibu Carmel bingung, lalu bertanya siapa dia itu? Sayapun menjelaskan siapa dirinya juga dengan kebingungan yang melebihi Ibu Carmel,” kata Kautsar.
“Memang begitu kita hidup di era perjuangan hal saling mempropaganda dan mengagitasi sesama teman adalah biasa. Kadang roh meupropaganda droe-keudroe bak droe lom. Leuh nyan meuyo treuk keudroe. Hehehheheh. Mirip-mirip Apendix juga,” ungkapnya
“Beristirahatlah dengan tenang Ibu Carmel. Terima kasih untuk kenangan lucu ini”, pungkas Kautsar