Beranda / Berita / Aceh / Rapid Tes Covid-19, Rektor Unsyiah: Unsyiah Bisa Membuat Lab, Tapi Belum Ada Izin

Rapid Tes Covid-19, Rektor Unsyiah: Unsyiah Bisa Membuat Lab, Tapi Belum Ada Izin

Sabtu, 11 April 2020 14:34 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indra Wijaya

Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Polemik rapid tes Covid-19 yang mengalami kegagalan pada saat percobaan karena tidak ada alat virus chlamydia and mycoplasma (VCM) tes.

Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, mengatakan, rapid test tersebut hanya sebatas melakukan screening saja, namun untuk tingkat keberhasilannya hanya 30 %.

"Yah, artinya kalau ada 100 kali test, bisa saja orang yang positif jadi negatif dan sebaliknya orang yang negatif Corona menjadi positif terkena Corona," terang Syamsul saat dihubungi dialeksis.com Sabtu (11/4/2020)."Yah, artinya kalau ada 100 kali test, bisa saja orang yang positif jadi negatif dan sebaliknya orang yang negatif Corona menjadi positif terkena Corona," terang Syamsul saat dihubungi dialeksis.com Sabtu (11/4/2020).

Melihat hal tersebut, ia mengatakan, saat ini Unsyiah mampu membuat lab untuk uji coba rapid test Covid-19, saat ini Unsyiah memliki dua alat VCM untuk uji coba di tenggorokan.

Namun, ia mengatakan saat ini Unsyiah terkendala pada izin dan sampel untuk uji coba.

"Ia kita sampel tidak ada, padahal kita ada dua buah alat untuk Rapid Test Covid-19 menggunakan VCM. Namun, kita tidak ada izin juga. Kita tidak tahu bagaimana prosedurnya dari Kemenkes," ungkapnya.

Meskipun begitu, ia mengatakan Unsyiah sendiri mampu membuat lab percobaan tersebut. Namun jika dibuat tanpa ada izin dari pemerintah, masyarakat yang ingin melakukan pengecekan harus membayar..

"Kalau ada izin kan tentu pemerintah yang nanggung biayanya. Tapi kalau tidak ada, yah masyarakat harus bayar. Dan harganya tidak murah. Sekali pengecekan Rp 1.500.000," jelasnya.

Untuk tingkat kebenaran dari test VCM sendiri, ia menyebutkan tingkat kebenaran pasien positif atau negatif corona sebesar 95%.

"Kalau dia dikatakan positif sudah pasti positif dia. Karena dia sudah bisa dikembangkanbiakkan bagaimana hasilnya," pungkasnya. (IDW)

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda