RUMAN Aceh Gelar Permainan Edukatif Buat Andik Pas LPKA
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Lembaga Pendidikan Rumah Baca Aneuk Nanggroe (RUMAN) Aceh menggelar permainan edukatif buat 20 anak didik pemasyarakatan (Andik Pas) Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas 2 Banda Aceh pada Sabtu (9/3/2019) pagi.
Permainan edukatif itu digelar di area dalam LPKA Klas 2 Banda Aceh yang berada di gampong Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Pendiri RUMAN Aceh, Ahmad Arif yang didampingi Kepala Sekolah TK Dhuafa RUMAN Aceh, Rizky Sopya beserta 5 orang relawan.
Ahmad Arif menuturkan bahwa kegiatan yang dilakukan pihaknya kali ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Kepala LPKA, Ridha Ansari beserta rombongannya ke basecamp RUMAN Aceh pada Rabu (6/3/2019) lalu.
"Kita akan berkontribusi dalam proses pembinaan dan pengasuhan anak-anak masa bangsa kita itu. Selain akan menghibahkan bahan bacaan, kita juga melakukan rangkaian kegiatan psikososial buat mereka secara bertahap", ujar Arif.
Permainan edukatif tersebut difasilitasi oleh Rizky Sopya yang didampingi 5 orang relawan. Ada pun permainan itu adalah menyaring air kotor menjadi bersih dengan beberapa bahan seperti pasir, kain, batu kerikil dan ijuk dalam media botol minuman.
Andik Pas yang berjumah 20 orang itu dibagi menjadi 5 kelompok. Setelah dijelaskan tehnik bermainnya, masing-masing kelompok mempraktikkannya dibawah bimbingan seorang relawan. Mereka sangat antusias, sehingga setiap kelompok meraih hasil positif.
"Melalui permainan ini kita bangkitkan kesadaran para Andik Pas bahwa bisa saja mereka saat ini berada seperti air kotor. Namun, jika mau berikhtiar secara maksimal, mereka akan bisa kembali menjadi seperti air jenih hasil penyaringan tadi", ungkap Rizky tersenyum.
Kertas Graffito Harapan
Setelah permainan menyaring air, ujar Rizky melanjutkan, semua anak berkumpul membentuk lingkaran sembari lesehan di aula serbaguna LPKA. Kepada setiap anak diberikan selembar kertas graffito berwarna hitam dan sepotong lidi. Mereka diminta menuliskan harapan, baik dengan kalimat mau pun gambar.
Ketika mereka menggoreskan lidi di atas kertas graffito itu, muncul tulisan berwarna-warni. Tak pelak, hal itu membuat mereka takjub sehingga semakin bersemangat menggoreskan lidinya.
"Kita hidup ibarat kopi. Walau pun pahit, tetap bisa menikmati", tulis HS, salah seorang Andik Pas LPKA yang menambahkan gambar mobil di kertasnya.
Sementara Andik Pas lainnya, RM menulis, "Kami bukan penjahat. Kami hanya tersesat. Belum telat untuk bertaubat" di kertas yang dibubuhinya gambar seekor naga.
"Inilah kehidupan saya sekarang. Dari kertas putih menjadi hitam. Tapi saya sedang berusaha memutihkannya kembali", tulis MI tanpa gampar di kertasnya. "Saya kangen ayah dan bunda", tulis FR, Andik Pas LPKA paling belia secara usia.
Kepala LPKA, Ridha Ansari menghaturkan terima kasihnya kepada RUMAN Aceh atas respons cepat mereka. LPKA baru setahun berjalan secara procedural, sehingga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Baik dari internal birokasi (pemerintah) maupun organisasi sosial.
"Ternyata kita (LPKA dan RUMAN Aceh) mempunyai kesamaan persepsi dan frekwensi dalam upaya pembinaan dan pengasuhan anak. Terutama anak yang berhadapan dengan hukum. Terima kasih banyak kami sampaikan ata atensi dan empati yang diberikan RUMAN Aceh", ujar Ridha.