Unsyiah Klarifikasi Penggunaan Lapangan Tugu
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Humas Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Chairil Munawir MT, SE. MM., mengklarifikasi berita terkait penggunaan Lapangan Tugu oleh UIN Ar Raniry saat seremonial penutupan Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan (PBAK) mahasiswa baru pada Rabu, 28 Agustus 2019. Kejadian ini ramai diperbincangkan di media sosial dan online.
Menurutnya peristiwa ini terjadi karena miskomunikasi antara UIN Ar Raniry dan Unsyiah, sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Chairil menjelaskan, pada awalnya pihak UIN Ar Raniry melayangkan surat pemberitahuan kegiatan kepada Unsyiah. Kemudian Unsyiah meminta revisi maksud surat menjadi izin pemakaian tempat. Hal ini dilakukan karena Lapangan Tugu merupakan bagian dari aset Unsyiah.
"Kita telah menghubungi pihak UIN untuk merevisi surat tersebut. Ini hanya masalah administrasi, tak perlu diperbesarkan," ujar Chairil, Kamis (29/8/2019).
Berdasarkan Sertifikat Hak Pakai Nomor: 01.01.04.12.4.00001 Kelurahan Kopelma Darussalam Kecamatan Syiah Kuala pada tanggal 14 Desember 1992, Unsyiah menempati lahan seluas 1.324.300 M2. Sertifikat yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) itu menjelaskan lahan yang dimiliki Unsyiah, termasuk di dalamnya Lapangan Tugu Darussalam.
Walaupun demikian lanjutnya, Unsyiah tetap terbuka dengan berbagai pihak yang ingin menggunakan lapangan tersebut. Ia menyangkal anggapan sebagian orang yang menilai Unsyiah menutup akses dan melarang pemakaian lapangan.
Karena pada prinsipnya, Unsyiah hanya ingin Lapangan Tugu yang menjadi titik sejarah bangkitnya pendidikan di Aceh itu dapat terurus dengan baik.
"Buktinya acara UIN kemarin tetap berlangsung. Bahkan, ke depan juga ada agenda pemerintah dan masyarakat di lapangan tersebut," ujarnya.
Chairil juga memaparkan alasan Unsyiah yang selama ini menutup portal akses ke Lapangan Tugu. Ini disebabkan agar lapangan tersebut tetap terawat dan tidak digunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab.
Ia mencontohkan dulunya, Lapangan Tugu sering digunakan untuk lokasi latihan menyetir mobil. Tetapi hal itu tak lagi tampak saat ini. Bahkan lanjutnya, setiap tahun Unsyiah mengalokasikan dana untuk perawatan Lapangan Tugu, seperti pemangkasan rumput, penghijauan, pemeliharaan tugu, hingga lampu penerangan.
Ia berharap penjelasan ini dapat meredam masalah yang berkembang di tengah masyarakat. Sebab bagaimanapun juga dua kampus ini merupakan tumpuan besar harapan masyarakat Aceh.
Terlebih lagi sebagai insan kampus, Unsyiah dan UIN Ar Raniry sebaiknya melihat setiap peristiwa itu secara benar dan dipahami sesuai aturan yang berlaku. Sehingga nantinya tidak menimbulkan fitnah atau isu yang dapat merusak persaudaraan di antara dua lembaga pendidikan.
"Unsyiah dan UIN adalah dua saudara yang tak mungkin dipisahkan. Kita butuh sinergisitas demi kemajuan pendidikan di Aceh," pungkasnya. (pd)