DIALEKSIS.COM | Jakarta - Indeks Kepercayaan Industri (IKI) November 2025 tercatat 53,45 atau turun tipis 0,05 poin dari Oktober. Meski melemah, sektor manufaktur masih berada di zona ekspansi. Kemenperin mencatat mulai muncul “mesin baru pertumbuhan” dari pabrik-pabrik yang baru berproduksi dan membangun fasilitas baru.
Penurunan IKI terutama dipicu anjloknya variabel produksi ke 47,49, melanjutkan kontraksi enam bulan beruntun. Industri disebut menahan output karena permintaan belum pulih, ditambah tekanan nilai tukar dan geopolitik global.
Sebaliknya, pesanan justru naik 0,68 poin ke 55,93. Pesanan domestik menguat, sementara pesanan ekspor sedikit melemah.
“Rebound permintaan dalam negeri didorong kebijakan belanja pemerintah, tapi risiko limpahan produk dari negara terdampak perang tarif tetap harus diwaspadai,” ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief, Jumat (28/11/2025).
Optimisme pelaku usaha meningkat, dengan 71% meyakini kondisi 6 bulan ke depan bakal lebih baik. Sebanyak 78% responden menilai usaha mereka stabil atau membaik.
Dari 23 subsektor, 22 berada di fase ekspansi dan menyumbang 98,8% PDB industri pengolahan. Dua sektor paling ekspansif: Industri Tembakau dan Industri Farmasi/Obat.
Industri Tembakau mencatat produksi rokok 27,9 miliar batang pada Oktober, naik 7,3% secara bulanan. Namun secara kumulatif Januari-Oktober, produksi turun 1,91% akibat maraknya rokok ilegal.
Sementara industri farmasi mencatat ekspansi 57,68 poin, ditopang lonjakan pesanan luar negeri, dengan ekspor September mencapai US$ 81,87 juta (+12,35%).
Kemenperin menegaskan komitmen menjaga ekspansi melalui P3DN, penguatan energi industri, proteksi SNI, dan dorongan hilirisasi. Febri juga menyatakan dukungan terhadap langkah Presiden Prabowo membatasi impor selektif dan memberantas barang ilegal.
Dari sisi makro, kondisi domestik masih solid: inflasi 2,86% yoy, penjualan eceran September naik 3,7% yoy, IKK Oktober di 121,2, dan PMI manufaktur bertahan ekspansif di 51,2.
“Dengan permintaan yang menguat, peluang masuknya investasi asing semakin besar,” tutup Febri. [in]