Pengamat Ekonomi Aceh Sampaikan Dampak Buruk Lambatnya Pembahasan APBA 2024
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat Ekonomi Dr. Rustam Effendi, S.E.,M.Econ, mengungkapkan dampak lambatnya pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) tahun 2024.
Menurutnya, jika APBA tidak segera disahkan maka ini akan berdampak kepada masyarakat terutama bagi nelayan, pekebun, petani, buruh bangunan, beasiswa dan lain-lain. Disana ada belanja publik dan itu butuh cepat. semua ada konektivitas terhadap APBA.
"Saya sebagai akademisi bingung melihat kondisi Aceh. Mereka tidak tahu kalau APBA menggantung, akan berdampak buruk terhadap perkembangan ekonomi Aceh," kata Rustam Efendi dalam forum diskusi yang digelar Aceh Resource and Developtment (ARD) dengan tema "Pembahasan RAPBA 2024 Menggantung". Diskusi tersebut digelar di Escape Café, Pango, Banda Aceh.
Dalam hal ini, lanjutnya jika APBA tidak disahkan maka akan menjadi penghambat fungsi kebijakan fiskal di Aceh. Terutama dalam mengatur alokasi belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik (public goods and services).
Selain itu, kata Rustam, lambatnya pembahasan ABPA 2024 berdampak pada penyaluran alat distribusi, yang dimana bertujuan menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial, maupun sektoral.
"Untuk apa uang kalau hanya digantung? kenapa kita lambat-lambatkan ini? ASN ada gaji setiap bulan. bagaimana sektor swasta?," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa solusi yang terbaik untuk APBA 2024 adalah Qanun dan solusi terjelek adalah Pergub. Lanjutnya, jika APBA tidak diqanunkan maka boleh Pergub saja, hal ini demi kepentingan masyarakat Aceh yang lebih baik lagi kedepan.
Dalam hal ini, sambungnya, harus ada political will dan komitmen sejumlah pihak khususnya bagi pemegang mandat politik Aceh.
"Lihat publik di depan, itu lebih mahal, kalau tidak kasian kita lihat petani, nelayan, pelaku usaha dan pekebun, semua kasian termasuk juga adik-adik mahasiswa kedepan yang mungkin orang tuanya hanya cuma petani di kampungnya. Hanya sebagai pedagang, lihat suasana pasar sekarang ini, coba tanya ketika mau belanja, semua mengeluh karena ekonomi Aceh lesu," pungkasnya.