Kamis, 26 Juni 2025
Beranda / Feature / Terowongan Geurutee, Janji yang Terlupakan

Terowongan Geurutee, Janji yang Terlupakan

Rabu, 25 Juni 2025 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baim

Ilustrasi. Foto: ist 


Isu pembangunan terowongan Geurutee sebenarnya bukan hal baru. Wacana pembangunan terowongan ini sudah mencuat sejak Maret 2015, ketika Gubernur Aceh saat itu, dr. Zaini Abdullah, menyampaikan langsung usulan ini kepada Presiden Joko Widodo.

Usulan ini direspon Jokowi dengan mengutus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Moeljono, meninjau langsung kondisi lintasan Gunung Geurutee. Setelah turun langsung ke lapangan, Basuki menilai kondisi lintasan gunung Geurutee sangat rawan dan bisa membuat pengendara roda dua, empat, enam, dan lainnya di jalur itu sewaktu-waktu jatuh ke laut.

Kala itu, Basuki Hadi sangat setuju dibangun terowongan di gunung yang berada di antara Kabupaten Aceh Besar dengan Aceh Jaya tersebut. 

“Usulan Gubernur Aceh kepada pusat agar dibangun terowongan di kawasan Gunung Geurutee, sudah sewajarnya kita respons,” kata Basuki, seperti yang dikutip dari laman Serambinews, saat meninjau jalan nasional di kawasan Geurutee, Aceh Jaya, pada Selasa, 10 Maret 2023. 

Bukan hanya sekedar seremonial biasa, kunjungan tersebut juga dibuktikan komitmen Kementrian PUPR dengan menandatangani gambar master plan pembangunan terowongan Gunung Geurutee yang telah dibuat oleh Kasatker Jalan Nasional. Dokumen tersebut sebelumnya juga telah ditandatangani oleh Gubernur Aceh saat itu, dr. Zaini Abdullah.

Bahkan, Menteri Basuki menyerukan kepada Kepala Bappeda Aceh dan Kepala Dinas Bina Marga Aceh serta Kasatker Jalan Nasional untuk membuat usulan program field study (FS) dan detail engineering design (DED)-nya pada tahun anggaran 2015 ini.

"Kalau dokumen FS, DED, dan lingkungannya bisa diselesaikan pada tahun anggaran 2015 ini, maka pada tahun 2016 bisa diusul anggaran pembangunan fisik pembangunan terowongan dimaksud," sebut Basuki kala itu.

Namun hingga kini, terowongan itu masih sebatas rencana. Master plan pembangunan terowongan Gunung Geurutee yang dulunya telah ditandatangani kedua pihak menjadi selembar kertas tak berarti, menjadi sebuah dokumen yang telah usang dimakan waktu.

Kini, urgensi kembali digaungkan oleh Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) dalam pertemuannya dengan Menteri PUPR Dody Hanggodo, Rabu, 25 Juni 2025. Di hadapan para pejabat pusat dan daerah, Mualem dengan tegas mengusulkan kembali proyek vital ini.

"Bapak Menteri PU harus ada oleh-oleh untuk Aceh, di jalan Gunung Geurutee hampir setiap bulan terjadi kecelakaan. Ada mobil keluarga yang masuk ke jurang. Harapannya agar Pak Menteri segera membuat jalan terowongan yang sudah lama direncanakan," kata Mualem, seperti yang dilansir dari Serambinews.

Pertemuan yang digelar di Pendopo Wali Kota Banda Aceh itu bukan hanya ajang seremonial. Itu adalah panggung desakan agar keselamatan warga dan masa depan ekonomi barat selatan Aceh tak terus bergantung pada jalur maut Geurutee.

Setiap musim hujan datang, ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan pun ikut turun bersama kabut. Warga, pengemudi truk, sopir travel, hingga wisatawan selalu bertaruh nyawa melewati jalur ini. Jika waktu terus dibiarkan berlalu tanpa langkah nyata, satu hal pasti: akan ada lagi korban berikutnya.

Kini saatnya pemerintah pusat tidak lagi memandang terowongan Geurutee sebagai proyek daerah, tapi sebagai kewajiban moral dan investasi nasional dalam keselamatan, konektivitas, dan kemajuan ekonomi Aceh.

Karena bagi Aceh, terowongan Geurutee bukan sekadar menembus gunung--tetapi menembus keterisolasian, risiko, dan kesenjangan yang telah terlalu lama dibiarkan.

Halaman: 1 2
Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
dpra