Membela Mualem
Font: Ukuran: - +
Reporter : Murthalamuddin
Murthalamuddin. [Foto: dok. pribadi]
DIALEKSIS.COM | Kolom - Semalam (12 dan 14 Agustus 2024) saya berbincang ringan, mengutarakan kekecewaan saya terhadap pernyataan Ketua DPRA bahwa Pj Gubernur berkhianat kepada Mualem.
Mualem menanggapinya dengan santai, "Biasalah nyan bang, bek that ta pike, bek sampe saket teuh, tamyoe takerja buet droe laju, ta pulang bak Allah, bah rakyat yang nilai," jawabnya ringan.
Mualem telah lama menghormati Pak Bus, bahkan punya panggilan khas "Yang Mulia" untuk beliau. Saya sangat mengenal sifat Mualem yang jarang mencela, selalu bisa mengendalikan emosi, dan tahu akan caci maki serta hinaan terhadapnya.
Pada masa persidangan Tipikor Gubernur Irwandi, muncul berita bahwa Ayah Merin akan menyerah jika diperintahkan oleh Panglimanya (Mualem).
Saya terkejut mendengarnya. Saat itu saya bersama Mualem dan langsung bertanya kepadanya tentang tanggapannya jika ditanya oleh media. Dengan tenang beliau menjawab, "Hana tanggapan Bang, rakan teungoh hanyot, ji peugah bròh bròh laju, keupue tajak tamah dawa teuma?? Ka han èk ta bantu, bèk tajak tamah runyoh."
Malam itu, Mualem memperlihatkan layar ponselnya kepada saya, yang ternyata menampilkan semua lini media sosial, termasuk TikTok. Dari situ, saya menyimpulkan bahwa dia tahu semua cacian, makian, dan hinaan yang ditujukan padanya di medsos.
Namun, ia sudah menjawabnya dengan bijak, "Bah meunan, pat ek tajak kira. Manusia nyoe pajan ek mandum ta peutimang, tanyoe yang hamba biasa, meu nabi pih na cit yang hujat, menye ta pike keu meunan meunan sapue han jalan buet, na saja jikhuen le ureung memang keunong pengaròh yang kon kon."
Mualem sangat menyadari bahwa dirinya sering dikritik, dihujat, dan dihina. Dia dan Partai Aceh (PA) dituding sebagai penyebab kegagalan pembangunan Aceh, meskipun anggaran melimpah.
"Meunoe Bang, tanyoe hana beutoi that, tapi peu keuh tanyoe mantong yang salah?? Sementara di DPRA leubeh rame gop, menye ta peugah 2012 2017 tanyoe di pemerintah, ci ngieng siat, ngon pemerintah selaen tanyoe soe le pubuet??" ujar Mualem.
Mualem mengakui, sejak 2012 hingga 2017, banyak universitas di negerikan atas usulan pemerintah Aceh, serta sejumlah kewenangan Aceh yang berhasil didapatkan. Beberapa qanun Aceh juga disusun untuk menyahuti UUPA. Mualem pernah menulis dalam statusnya, "Adak meudeh beuseimbang, neu ingat 2021 SILPA Aceh 4,8 T, anggaran silpa belanja publik, belanja peugawè abèh, jibloe tanoh jrat covid, proyek wastafel dll, man pakon awak nyan hana di hujat sampe jinoe???"
Mualem juga menyoroti kinerja pengawasan Dewan yang dianggapnya tidak efektif. "Na tingat neuh interpelasi masa Pak Nova?? Pakon han berhasil?? Sabab rakan rakan partai laen, wate PA teugon gas, awak nyan membelot, sehingga sidang DPRA hantom kourum," jelasnya.
Keluhan Mualem masuk akal, bahwa serangan terhadap PA seakan tiada henti, seolah semua kegagalan hanya disalahkan pada Mualem dan PA. Padahal, rezim lain lebih lama berkuasa. Meskipun PA mungkin tidak selalu on the track, secara kursi di DPRA mereka hanya kurang dari 20 persen.
Tudingan ini seolah diorkestrasuk menjatuhkan PA di mata publik, bahkan oleh kader sendiri yang kecewa. Padahal, di partai lain juga ada kader yang kecewa, namun serangan terhadap PA dan Mualem terasa lebih ganas. Silahkan lihat di media sosial.
Faktanya, rezim non-PA minim prestasi, dan pengawasan Dewan juga lemah, padahal kursi non-PA jauh lebih banyak. Menuding PA atau Mualem saja jelas tidak berimbang. Tulisan ini memang dimaksudkan untuk membela, agar publik tidak sesat pikir. Bahwa meskipun PA dan Mualem belum sepenuhnya memenuhi janji politik, partai lain pun juga belum tentu lebih baik.
Bak pepatah "Bak pajòh saban saban. Thuen teunak sidroe. Kamèng gle pajòh jagòng, kamèng gampòng keunong geulawa." [**]
Penulis: Murthalamuddin, Loyalis Mualem