Pengungsi di Wamena Mulai Terserang Diare dan Gatal-gatal
Font: Ukuran: - +
Pengungsi di Wamena, Papua. (Foto: Merdeka.com)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sejumlah warga yang mengungsi akibat kerusuhan Wamena di Kabupaten Jayawijaya, Papua, dilaporkan mulai mengalami diare dan gatal-gatal.
"Kondisi pengungsian yang tidak nyaman dan serba terbatas menyebabkan pengungsi rentan mengalami penyakit," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat, Kamis (3/10/2019).
Selain diare dan gatal-gatal, Harry mengatakan para pengungsi kerusuhan Wamena tersebut juga menderita batuk dan demam.
Data pengungsi yang berobat sejak 23 September sampai 2 Oktober 2019 sebanyak 1.864 orang dengan jumlah yang dirawat inap sebanyak delapan orang.
Harry merinci di Poskes Kodim 1702/Jayawijaya sebanyak 921 orang berobat dan empat orang rawat inap, di Klinik Polres Jayawijaya sebanyak 834 orang dan empat rawat inap.
Kemudian di KSA Yonif 756/WMS dua orang berobat, serta di Gereja GKI dan gereja Betlehem berobat di Puskesmas Wamena sebanyak 107 orang.
Untuk membantu korban kerusuhan Wamena, Kementerian Sosial telah mengirimkan bantuan senilai Rp3,8 miliar. Bantuan tersebut berupa kebutuhan logistik, bantuan usaha ekonomi produktif dan santunan ahli waris bagi korban yang meninggal dunia.
Seperti dilansir CCN Indonesia, bantuan diberikan dalam bentuk penguatan dapur umum untuk 5.000 jiwa, 1.500 paket perlengkapan pakaian anak, 1.500 paket perlengkapan pakaian pria, 1.500 paket perlengkapan pakaian wanita, 2.500 matras, 1.500 tenda gulung/terpal, 2.500 selimut, 100 unit bantuan usaha ekonomi produktif.
Sebelumnya, kerusuhan yang terjadi di Wamena pada Senin (23/9/2019) menyebabkan 32 orang meninggal, 67 orang luka-luka dan raturan rumah, ruko, serta kantor pemerintahan dibakar dan dirusak massa, termasuk kendaraan roda empat dan roda dua.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengungkapkan setidaknya 3.000 penduduk Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, masih mengungsi ke Jayapura dampak kerusuhan di wilayah mereka.
Titik-titik penampungan yang dipakai untuk mengungsi di Jayapura antara lain adalah gedung Mapolres, Komando Distrik Militer, dan beberapa rumah ibadah setempat.
Polda Papua pun menggelar pemulihan trauma kepada anak-anak. Salah satunya di halaman SD YPPK Santo Stevanus, Kampung Wouma, Wamena.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal di Kota Jayapura, Rabu malam mengatakan kegiatan pemulihan trauma itu dilakukan kepada anak-anak yang terdampak kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada Senin pekan lalu.
"Tim Trauma Healing Polda Papua melaksanakan kegiatan pemulihan trauma atau trauma healing kepada anak-anak yang menjadi korban kerusuhan di Kabupaten Jayawijaya, Wamena," kata AM Kamal.
"Kegiatan ini diikuti sekitar 100 orang anak-anak yang berdomisili di Kampung Wouma Wamena dan kedatangan Tim Trauma Healing Polda Papua disambut hangat oleh anak-anak dan banyak permainan yang disuguhkan mulai dari bernyanyi, mendongeng, menggambar dan mewarnai serta pembagian bingkisan," sambungnya.
Salah satu warga di Kampung Wouma, Yosephina Molama mengaku situasi belum nyaman dan merasa tidak tenang untuk beraktivitas, namun setelah tim dari Polda datang, rasa aman dan nyaman mulai terlihat.
"Kami sekarang dapat menjalankan aktivitas seperti biasa karena tidak takut lagi berkat kehadiran Tim Polda Papua dan Polres Jayawijaya. Kami bisa pergi berkebun dan anak-anak bisa pergi bersekolah," kata Mama Yosephina tersebut.
"Kami berharap dengan kegiatan yang singkat ini anak-anak dapat kembali bersekolah, dan semangat untuk menikmati keadaan lingkungan sekitarnya dengan bermain tanpa ada rasa takut dengan kejadian yang sudah terjadi," katanya.(zu/cn)