Selasa, 04 Maret 2025
Beranda / Pemerintahan / Jalan Ary Ungkap 4 Model Skenario Kepemimpinan Mualem - Dek Fadh, Skenario 3 dan 4 Ngeri

Jalan Ary Ungkap 4 Model Skenario Kepemimpinan Mualem - Dek Fadh, Skenario 3 dan 4 Ngeri

Senin, 03 Maret 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Chanel Jalan Ary. Foto: Tangkapan layar Dialeksis.com

DIALEKSIS.COM | Aceh - Ahli Politik dan Keamanan Aryos Nivada membeberkan 4 (empat) skenario masa depan kepemimpinan Mualem - Dek Fadh. Dari empat skenario itu, skenario ketiga dan keempat terbilang berbahaya alias ngeri.

Paparan empat skenario itu disampaikan pengelola Jaringan Survey Inisiatif (JSI) itu melalui Kanal Youtube Jalan Ary yang dimaksudkan agar Mualem - Dek Fadh mampu membawa Aceh menjadi lebih baik dan maju ke depannya.

“Paparan ini sebagai catatan kritis dan wujud kepedulian saya terhadap duet kepemimpinan keduanya,” ujar Aryos, Minggu (2/3).

Empat Skenario

Aryos Nivada menyebut empat skenario masa depan kepemimpinan Mualem - Dek Fadh, yaitu skenario ideal, skenario turbulensi, skenario polarisasi dan skenario gerakan grassroad.

Dalam skenario ideal, visi, misi, dan program yang telah ditetapkan berjalan sesuai rencana. Itu artinya kesejahteraan masyarakat meningkat, angka kemiskinan menurun, perekonomian tumbuh, dan partisipasi masyarakat menguat. Itu dengan sendirinya kepercayaan terhadap kepemimpinan Mualem-Dek Fad mencapai puncaknya.

Jika skenario ini terwujud, Jalan Ari meyakini bahwa Partai Aceh akan meraih kemenangan pada Pemilu 2029 dan seterusnya.

Skenario Turbulensi menggambarkan potensi ketidakharmonisan dalam duet kepemimpinan Mualem-Dek Fad. Kurangnya sinkronisasi, koordinasi, dan komunikasi antara keduanya berpotensi menghambat terwujudnya pelayanan publik yang optimal serta visi misi yang telah dicanangkan.

Jalan Ari mencontohkan pengalaman kepemimpinan sebelumnya yang menghadapi masalah serupa, seperti hubungan yang tidak harmonis antara gubernur dan wakil gubernur.

Skenario Polarisasi. Skenario ketiga ini memperkirakan munculnya polarisasi yang kuat di Aceh. Faktor-faktor seperti kekecewaan kelompok yang belum terakomodir, partai pengusung yang merasa diabaikan, serta ketidakmampuan kepemimpinan Mualem-Dek Fad dalam mewujudkan kepentingan nasional di Aceh dapat menjadi pemicu.

Jalan Ary menekankan bahwa kepemimpinan di Aceh juga dipengaruhi oleh restu dan kepentingan elit pusat. Jika kepentingan tersebut tidak terpenuhi, pengulangan situasi seperti pada era kepemimpinan sebelumnya tidak dapat dihindari.

Skenario Gerakan Grassroot. Skenario keempat ini digambarkan munculnya gerakan dari bawah akibat kekecewaan masyarakat terhadap elit yang dianggap lalai dalam mewujudkan kepentingan publik dan cita-cita visi misi, maupun program yang di janjikan.

Masih menurut chanel Jalan Ary, gerakan ini dapat muncul secara spontan tanpa kendali sebagai respons terhadap kondisi yang dianggap tidak relevan dan tidak layak bagi masyarakat Aceh.

Dalam video yang diunggah di Youtube itu, Jalan Ari memulai analisisnya dengan menyoroti keunikan pelantikan kedua pemimpin pada 12 Februari 2020.

Menurutnya, pelantikan gubernur dan wakil gubernur Aceh secara langsung yang kemudian dihadiri secara resmi pada sidang paripurna DPR Aceh merupakan suatu anomali sekaligus kekhususan dalam konteks politik nasional.

Momentum tersebut, tambahnya, merupakan kesempatan penting untuk menyampaikan masukan konstruktif kepada kedua pemimpin.

Dalam pembukaan video, Jalan Ary juga menekankan bahwa Aceh, hampir dua dekade pasca-konflik, masih menghadapi berbagai persoalan kompleks. Mulai dari masalah stunting, pengangguran, kemiskinan, minimnya pendapatan asli daerah (PAD), hingga permasalahan narkoba dan kekerasan terhadap perempuan serta anak.

Menurutnya, penyelesaian tantangan-tantangan tersebut tidaklah mudah dan memerlukan kekompakan serta sinergi yang kuat antara Mualem dan Dek Fad.

 “Semua itu tidak mudah diselesaikan oleh pimpinan Mualem dan Dek Fad jika tidak ada chemistry yang kuat, kekompakan hati, dan tindakan kebersamaan yang esensial dalam konteks kepemimpinan,” tegasnya.

Bahkan dalam isi chanel Jalan Ary juga mengingatkan pentingnya komitmen bersama, rasa senasib sepenanggungan, serta loyalitas terhadap keacehan dan kenegaraan. Tanpa hal tersebut, ia khawatir akan muncul budaya pragmatis dan oportunistis dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Di akhir analisisnya, Jalan Ari mengimbau semua pihak yang peduli terhadap Aceh untuk mengesampingkan egosentrisme, kepentingan elektoral, serta praktik pragmatis dan oportunistis. Ia mengajak agar seluruh elemen masyarakat bersama-sama mendorong pembaruan dan perubahan demi terwujudnya Aceh yang lebih baik.

 “Mari kita singkirkan egosentrisme, kepentingan elektoral, serta ego kepentingan pragmatis dan oportunistis dari semua pihak. Bersama-sama, kita harus mendorong pembaruan dan perubahan untuk Aceh yang lebih baik,” imbauannya.

Jalan Ary berharap analisis ini menjadi pengingat serta kontribusi positif bagi kepemimpinan Mualem-Dek Fad di awal masa jabatannya. Ia mengingatkan bahwa masukan yang pernah ia berikan kepada Partai Aceh sebelumnya telah membawa perubahan positif bagi partai tersebut.

 “Jika masukan ini dijadikan rujukan, saya dapat membayangkan betapa hebatnya Partai Aceh, Gerindra, dan partai-partai pengusung lainnya ke depannya. Namun, jika semua ini tidak dilakukan, jangan heran jika masyarakat memberikan sanksi politik dan sosial kepada para pemimpin saat ini,” pungkasnya.

Analisis dan peringatan yang disampaikan oleh Jalan Ary ini menjadi catatan penting bagi kepemimpinan Mualem-Dek Fad serta seluruh pemangku kepentingan di Aceh. Keberhasilan Aceh dalam lima tahun ke depan sangat bergantung pada kemampuan para pemimpin untuk bersinergi, mengutamakan kepentingan rakyat, dan menghindari potensi konflik yang telah diprediksi. Masyarakat Aceh tentu berharap agar kepemimpinan kali ini dapat membawa perubahan signifikan dan mewujudkan kesejahteraan yang selama ini diidamkan. []

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
bank Aceh
dpra
bank Aceh pelantikan